Jadi, dari arah yang bersebelahan dengan kekecewaan Nicholas Barber, Mulan paska-1998 yang dikerjakan Disney lebih tampak sebagai suara Tiongkok sendiri ketimbang cara pandang Barat terhadap cerita "Ballad of Mulan".Â
Barangkali juga dikarenakan adanya petisi bertajuk "Tell Disney You Don't Want A Whitewashed Mulan!" yang menjadi tekanan politiknya.Â
Petisi yang diorganisir Natalie Molnar itu mengajak dengan kalimat begini:
Whitewashing, the practice of casting white Caucasian actors and actresses in roles originally meant to be characters of color, is all too common in Hollywood. The Last Airbender, Pan, the upcoming Ghost in the Shell adaptation, and many, many others have demonstrated this problem. Some whitewashed only the main cast members, leaving them inexplicably the only Caucasians among populations (including supposed blood relatives), while others hired white extras as well except possibly a token POC.
Disney just announced it will develop a live-action Mulan film. Take a stand against whitewashing in our media. Sign this petition to tell Disney that we demand to see them cast an Asian Mulan!
Petisi ini telah didukung 112,546 orang dan sukses. Lho, katanya saya menghindari kontroversi politis? Ups.
Jadi, Mulan ini tidak cukup mulus menampilkan keseimbangan tradisi dan pembaharuan jika kita ingin menjadikan film ini sebagai bentuk sinematik dari perjuangan kaum perempuan. Pun sebagai adaptasi live-action, film ini muati dengan adegan silat yang kurang greget.Â
Ini menurut saya yang tidak lagi menemukan film silat politik sekelas Hero-nya Zhang Yimou.Â
Tabik!
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H