Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cinta] Dalam 27 Menit Tersisa

16 Maret 2020   00:06 Diperbarui: 23 Maret 2020   21:30 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau mengambil selembar kertas. Membacanya dengan gemetar di setiap kereta yang bergegas. 

"Aku tidak tahu mesti bagaimana. Aku kini merayakan keabadian dan segala kesedihan yang kelak menyempurnakannya bersamamu."

Perempuan itu, pada suatu senja pergi karena alasan yang hanya membuatmu tertanam pada penyesalan. Tanpa pernah bisa tercerabut lagi. 

Kalian berkelahi, sebagaimana pasangan yang memimpikan bahagia namun dengan cara yang berseberangan. 

"Aku tidak mungkin melakukan hal semacam itu!"

"Mengapa tidak?"

"Sebab memang tidak mungkin. Kau aneh. Ngotot seperti bocah saja!"

"Ya, ketakutan akan kehilanganmu tidak pernah membuatku menjadi lebih baik dari seorang bocah. Harus selalu dituruti, dimengerti, dijadikan nomor satu."

"Tapi, permintaan itu terlalu bodoh untuk membuktikan jika tidak ada lagi yang kita bagi selain kau dan aku."

Mutia. Itu kalimat terakhir yang menandai puncak kemarahannya. Kau tidak melakukan apa-apa dan membiarkan langkahnya yang marah tak berbalik arah. 

Mutia pergi dan hanya kesenyapan sesekali diserta dengus nafas memburu milikmu. 27 menit terakhir sebelum kereta membawa petaka. 

Cinta begitu ringkas, melupakannya begitu lama. 

Kau ingat kata-kata ini milik sebaris sajak. Neruda atau Octavio Paz, tak lagi jelas. Tapi Mutia adalah kenangan yang tidak berubah, tak lekang oleh apapun yang berusaha kau perjuangkan sebagai mengabaikannya. Apalagi melupakannya. 

Mutia menghilang. Kau terkenang-kenang. Tiada bisa diperbaiki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun