Bagaimanakah percaya bahwa kamu bakal terus ada,
bertahan dan tabah kepada musim; ketakpastian serta kesedihan-kesedihan
di sepanjang putaran tahun:
hari buruk, angin hitam dan
puisi tidak dibacakan di gubuk-gubuk remang?
Sedang aku masih saja mencintaimu.
Bagaimanakah percaya bahwa kamu akan terus belajar,
dewasa dan menerima masa lalu; jejak patah dan orang-orang kalah
di pasang surut sejarah:
mayat tanpa nama, negara angkuh dan
janji setia yang mengelupas di pintu-pintu kayu?
Dan, aku masih ingin mencintaimu.
Bagaimanakah percaya bahwa kamu tidak akan menyingkirkanku,
ketika keseragaman telah menjadi gelombang dingin
hingga kekeringan yang gigil; mendesak-desak dan
monster bagi segala beda, segala tidak?
Sebuah bangsa, dari rasa sakit-ingatan pendek
dengan tumbal berulang anak-anak
di setiap janji kemerdekaan tanpa
cinta; janji cinta tanpa manusia!
Bagaimana aku bertahan mencintaimu?
Petai, Ujung November-19
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H