Kedua, tentang Margot Robbie yang memainkan sosok Sharon Maria Tate Polanski.Â
Sedikit latar belakang biografis, Sharon Tate adalah bintang terang Hollywood di tahun 1960-an. Doi mulai main film pertama kali tahun 1961 di film berjudul Barabbas. Akan tetapi, film yang paling membuatnya dikenang adalah Valley of the Dolls (1967) yang mengganjarinya nominasi Golden Globe Award. Â
Tapi Sharon tidak hidup lama. Dia dibunuh oleh empat anggota sekte Manson Family, sekte pemuja kultisme. Saat itu, Sharon sedang hamil 8 bulan dan baru berumur 26 tahun.Â
Sosok Sharon yang dihidupi akting Margot memang terlihat seperti lampiran dari cerita Dalton dan Booth saja.Â
Satu-satunya yang berkesan, bagi saya dong, adalah ketika Sharon pergi ke bioksop dan terenyuh di depan film yang ia bintangi. Sharon melihat dirinya sendiri, menyaksikan penonton yang terhibur karena karakternya, kemudian terenyuh. Sharon sesungguhnya sosok yang manis, riang dan selalu ingin menyenangkan sekitarnya.
Saya kira, Margot sukses membuat adegan di bioskop ini sukses. Lebih lagi, membuat citra diri Sharon yang manis dan ceria namun bernasib malang itu terasa hidup.
Sekurangnya ada dua lagi, sesudah kita melihat penokohan yang harus ditunjukan dengan kuat.
Pertama, lanskap kota atau penggambaran tentang ruang hidup dimana para tokoh menjalani hidup sehari-hari di hingar bingar dunia Hollywod. Once Upon a Time in Hollywood saya kira cukup sukses membawa imajinasi ke masa 60-an.Â
Mobil-mobil yang terkesan antik, gaya dandan yang disebut Hippie Fashion, suasana kota Los Angeles yang bergerak lewat hilir mudik manusi dan kendaraan serta kerlap-kerlip lampu adalah hubungan tanda yang menyatukannya. Menandakan kota yang sibuk dan tumbuh.Â
Kedua, ini adalah bagian yang menghadirkan ketegangan menjelang penutup. Tak lain dan tak salah lagi: Pertunjukan Kekerasan ala Tarantino!