Tapi, ingatlah, Mike terlalu sakti. Terlalu sulit disentuh.Â
Ia berhasil meloloskan diri dan selanjutnya, kita hanya disuruh melihat lelaki super perkasa memulihkan nama baik dan kembali menyelamatkan martabat adidaya. Dan, tentu saja, menghindarkan dunia dari perang dengan (ilusi) Soviet jilid II.Â
Lah, kalau sudah hambar begini, apa yang mesti diceritakan dari Angel Has Fallen?
Tak ada lain, tak ada bukan selain (ini kalimat berlingkar-lingkar begini demi apa?) pertempuran jarak dekat yang terjadi di sebuah gedung. Gerard Butler yang juga menjadi salah satu produser di film berbiaya 80 juta dollar AS ini memang menunjukan kelasnya sebagai salah satu yang cocok bermain sebagai satu elite militer.Â
Hampir semua adegan tembak menembak atau berduel dengan pistol dan pisau diperagakannya dengan baik. Dirinya terlihat perkasa, mematikan dan bengis kelas dewa yang mendekati kesaktian Steven Seagal yang jangankan terluka, rambut acak-acakan saja enggan.Â
Kecuali pada adegan ketika Mike dan Trumbull berusaha meloloskan diri dari reruntuhan gedung rumah sakit, editingnya masih terlihat kasar. Seperti dua rekaman yang gagal di satukan. Kayak sinetron kelahi-kelahi di tipi yang itu...
Jadi, kalimat penutup yang mau disampaikan sebenarnya apa? Langsung saja!
Angel Has Fallen sudah kelelahan menyelamatkan cerita penjatuhan kekuasaan adidaya yang makin tak dramatik itu. Narasi geopolitiknya pun tak pergi dari bahaya Soviet, aneh. Lebih lagi, Mike sudah terlalu bahagia untuk jadi pahlawan Amerika.Â
Sudahi saja. Istirahat Gerard eh Mike Banning. Kita tunggu Gundala.Â
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI