Membiasakan ingatan dengan kegembiraan saja tidak cukup untuk membersihkan hati yang ngegas melulu. Tidak cukup, kawan. Seperti belajar menjadi pribadi penuh maaf terhadap rasa sakit dari masa lalu, kamu masih butuh.... (terus saja membaca, ya..)
Wahai Milenials, seberapa sering kamu terjaga di pagi hari tanpa menengok layar gawai dan bukannya memeriksa sekitar: membuka pintu dan jendela, ke halaman depan dan menyapa tetangga? Atau, barangkali, sesudah ibadah subuh, mengambil sepatu dan bersiap-siap meniti pagi di jalan yang masih sunyi, melihat seperti apa kota yang kamu tinggali?Â
Atau, kamu sudah tidak sempat melakukan hal lain selain menjadi penyangga dari kestabilan siklus domestik: menyiapkan segala sesuatu untuk orang-orang tercinta setiap hari? Atau, kamu tidak melakukan tindakan untuk dunia di luar sana, tidak ada kewajiban menyapa tetangga, tak kerja bagai kuda di luar rumah sebab hidup sudah berpusat ke dalam digitalisme; terlanjur berlimpah sejak dalam kandungan?
Saya tidak sedang membahas jenis-jenis hidup milenial.
Yang kabarnya kesulitan bikin rumahlah; susah punya tabunganlah; yang harus selalu menemukan dirinya sendiri karena dunia sedang dalam rekonstruksi terus meneruslah; yang hidup dalam dunia dengan obesitas sebagai pembunuh paling mengerikanlah (dua yang ini adalah peringatan Yuval Noah Harari); yang kelak menjadi orang tua dari Gen Alfa-lah; apalah, apalah..
Tidak seserius itu, saya hanya sedang "curhat".Â
Jadi begini. Barusan saja, saya mengeluarkan waktu di antara kendali gawai. Menciptakan semacam jeda, setidaknya mengalihkan fungsinya dari sebatas memantau social media atau membaca berita berulang media daring.Â
Sebagai latar belakangnya, saat ini saya tengah berada dalam ritus yang (patah tumbuh) mendisiplinkan tubuh, kenangan dan motif-motifnya agar tetap berada dalam Ramadan dan "Momen-momen Pembebasan" yang Sederhana, dengan susunan "jadwal ganjil".Â
Jadi, jika hari Senin saya memiliki jadwal menyusuri jalanan sebelum manusia yang terburu-buru saling berkejaran, maka Rabu adalah hari berikutnya. Begitu seterusnya dengan pengecualian hari sedang hujan atau saya memiliki jadwal berbeda.Â
Kadang-kadang, saya mengambil jadwal sore hari. Tapi ini saat yang sudah ramai, terlalu bising juga udara penuh sangit asap dan orang-orang sudah susah dibedakan antara sedang memburu keringat atau mencari perhatian. Lebih-lebih di akhir pekan, hehehe.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!