Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Matthijs de Ligt dan Juventus Mazhab "Sarriball"

19 Juli 2019   10:56 Diperbarui: 20 Juli 2019   08:45 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matthijs de Ligt jadi rekrutan teranyar Juventus| Sumber: Juventus.com

Here I have experienced good and bad moments. But in life we always must say goodbye. I will miss everyone here in Amsterdam - Matthijs de Ligt (Calciomercato)

de Ligt yang muda dan berkaliber world class defender itu akhirnya memilih sang Nyonya Tua-nya Italia. Dia sudah tiba di Turin, melakukan tes medis dan menandatangani kontrak untuk durasi 5 tahun dengan nilai sekitar 75 juta euro atau sekitar 1,17 trilyun rupiah. 

Dalam wawancara perpisahan dengan Ajax TV, Juventus menjadi alasan sebab dia terpesona dengan cara bertahan Italia. Ada banyak teladan yang di negeri yang melahirkan Catenaccio ini. Seperti Baresi, Maldini, Nesta, dan Cannavaro. Warisan seperti ini tidak ada di Inggris (jika dia ke Manchester United) atau Spanyol (jika ke Barcelona) pun Prancis (jika ke PSG). 

de Ligt memutuskan berkembang pada kultur sepak bola dimana kemampuan bertahannya bisa mencapai level yang lebih tinggi. Meningkatkan kemampuannya melepas passing serta duel udara. Atau, sekurang-kurangnya, memperbaiki atribut yang masih menjadi kelemahan bek kelahiran 1999 dalam melakukan tekel jika mengacu pada statistik yang dilansir WhoScored.

Di mata Juventini garis pinggiran seperti saya, yang menjadi saksi kehebatan Lilian Thuram, Ciro Ferara, Paolo Montero, Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrota, Gianluca Pessotto, Igor Tudor hingga Chiellini dan Bonucci, keberhasilan mendapatkan tanda tangan anak muda Belanda ini tidak sebatas penegasan ambisi yang penting. 

Ambisi itu, sejauh tampak di depan mata, adalah pertama, demi meraih juara di liga Champions Eropa. Kedua, yang lebih fundamental dari juara adalah melihat Nyonya Tua mengganti mazhab atau filosofi sepak bolanya bersama kejayaan yang terus hadir. Serta, ketiga, menyaksikan Nyonya Tua berkembang di jalur bisnis sepak bola yang menjanjikan.

Tapi, mari kita bicara dua hal yang pertama saja. Tentang kedatangan de Ligt dan sepak bola menyerang sebagai penanda dari transformasi klub yang berdiri sejak tahun 1897. 


de Ligt datang bersamaan dengan hadirnya gelandang kreatif selevel Aaron Ramsey dan Adrien Rabiot. Juga kembalinya Super Buffon, datangnya Merih Demiral dan Luca Pallegrini (bek). Kedatangan yang dibayangkan akan menciptakan Juventus yang lebih kokoh bertahan dan kreatif dalam menyerang. 

Yang sama diharapkan makin memaksimalkan kualitas milik Pjanic, Emre Can, Bentancur, Dybala, Mandzukic dan Costa hingga Ronaldo (yang membuktikan diri tidak butuh waktu lama dalam beradaptasi). 

Jangan lupakan penyerang berbakat seangkatan de Ligt, Moise Kean. Kean adalah produk Juventus yang sukses menjadi penyerang di antara bayang-bayang CR7. Kean hanya membutuhkan kepercayaan dan waktu bermain yang lebih banyak dalam skema Sarri-ball yang agresif.

Khusus tentang de Ligt, kata-katanya yang saya kutip sebagai pembuka dia atas mencerminkan kualitasnya sebagai pribadi yang selalu siap menghadapi segala macam konsekuensi di kultur yang baru. Dia memang adalah pemimpin anak-anak muda Ajax yang cemerlang di musim kemarin. Dia memimpin mereka menghentikan langkah Real Madrid dan Juventus di Champions League. 

Tapi di Italia, de Ligt adalah sejarah baru sebagaimana dikatakan Tempo. 

Anak muda 19 tahun ini akan memulai perjalanan sejarah pemain bertahan yang tidak banyak tertulis atas Negeri Kincir Angin. Memang pernah ada Jaap Stam yang bermain di Lazio dan Milan tapi itu terjadi di usia yang sudah menuju habis. Atau ada cerita Rick Karsdorp dan Stefan De Vrij yang bermain di posisi yang sama, namun produk Feyenoord ini tidak datang ke Italia dengan track record secemerlang de Ligt. 

Mengacu pada kata-kata de Ligt yang penuh optimisme di atas, kita bisa melihat semacam "warning" jika dalam diri anak muda peraih Golden Boy Award (2018-2019), berkompetisi adalah syarat kunci mencapai level tertinggi perkembangan diri.

Apa yang menjadi momen terbaik atau sebaliknya dalam sepak bola adalah jalan proses yang wajar. Termasuk ketika seorang pemain sepak bola menjadi kecintaan pun sebaliknya, selalu ada fase dimana "Selamat Tinggal" kelak diucapkan. 

Kata-kata yang seperti ini, yang muncul dari jiwa anak muda seperti de Ligt menunjukan kemampuan dari karakter yang tidak mudah larut dalam suasana. Seperti mengatakan, dipuji tak terbang, dicaci tak tumbang. 

Sungguh sebuah kematangan yang patut diacungi jempol. Oleh karenanya, saya kira, kesadaran seperti ini akan selalu membawa de Ligt berada di Starting Eleven Juventus pada musim-musim yang akan datang. Dan terbuka jalan menjadi penerus dari peran kunci jantung dipertahanan. Kita tunggu saja! 

Selanjutnya, sebagai dampak ikutan dari datangnya energi muda nan segar dalam tubuh de Ligt, Ramsey dan Rabiot, semua Juventini jelas berharap tinggi dengan Juventus musim 2019-2020. Seperti apa gaya bermain atraktif nan agresif Sarri-ball bukan saja membuat betah pandangan mata dan decak kagum setiap saat. 

Yang tak kalah pentingnya, kami menyaksikan Juventus yang berisi keyakinan dan rasa ngeri dimana-mana. 

Mungkin seperti Barcelona dalam satu dasawarsa terakhir. Atau setidaknya, Liverpool edisi Gegenpressing Klopp di musim kemarin. Juventus yang mampu menghancurkan siapa saja di daratan Eropa. 

Kami jelas sudah lelah dengan superioritas domestik. 

Sudah bosan melihat Milan, Roma, dan Inter yang hanya bertarung melawan inkonsistensi selama 8 musim-iiddih! Karena ini juga, terima kasih Conte yang memilih membesut Inter agar menghadirkan daya saing Serie A yang lebih bermutu, melengkapi tekanan-tekanan dari Napoli-Don Ancelotti yang masih sia-sia.

Semoga Serie A menjadi lebih cadas dan si Kuping Besar boleh dibawa pulang Juventus. 

***

Sumber yang juga diacu dalam artikel ini: Kompas dan Liputan6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun