ada saat aku seperti
kesunyian dalam sepatu
yang kulitnya membuka
dan jari-jarinya berdesakan keluar,
kemudian terpaksa terkejut dan gelisah:
jalanan terlalu asing, udara terlihat payah. membosankan!
tapi aku terlanjur terlepas dan harus menempuh
kesaksian-kesaksian yang lain.
menurutmu, apa sebaiknya yang kupilih?
apakah pergi ke sebatang kamboja tua,
duduk di salah satu kelopaknya dan terjatuh setiap kali
ada kematian ditanam ke tanah?
atau,
pergi ke sebuah bangku yang engselnya copot
dan berdenyit-denyit setiap kali
sepasang gembel bercinta sembari memaki-maki
sinetron di televisi?
atau
pergi ke kantor dewan perwakilan politik, bersedekap di toilet jongkok
lalu bergemuruh bersama laju air setiap kali ada negoisasi
dimulai dari kode yang rapi?
atau
pergi ke pasar dan bersembunyi di antara bau comberan, tanah becek
atau suara orang-orang yang membela nasibnya tanpa
mengutuk nenek moyang?
atau...ooh, aha!
aku pergi saja ke gerai sepatu perempuan, memilih salah satu
yang kukuh, rapat, berdiam di antara kertas dan sesak
sebelum kakimu datang
mengajakku bertualang dan sebagai kesunyian
yang mencintai bau telapak kakimu..
(Petai, Juli di antara tenggat dan tanggal-2019)
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H