Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Patah Tumbuh Manusia di Balik Penemuan Kamus Oxford

27 April 2019   14:49 Diperbarui: 23 Mei 2019   19:17 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film The Professor and the Madman (2019) | Sumber: Variety

William Minor yang kelelahan melawan rasa bersalahnya ini ternyata menyimpan bakat sebagai penemu kata yang teliti dan pekerja keras. Ketekunannya berhasil menyusun banyak sekali entri yang beberapa di antaranya kesulitan ditemukan oleh James Murray dan asistennya.

Salah satu kasus yang paling menyedot ketegangan dalam kerja kolaboratif penemuan Bahasa ini adalah saat salah satu geng di Oxford ingin menyudahi kerja keras Murray karena pertimbangan bisnis-kamus itu memiliki bobot komersialitas yang rendah. Tentu saja, motif sebenarnya adalah ketidaksukaan personal pada Murray yang memiliki latar belakang intelektualisme "non-Oxford".

Saat bersamaan, Muraay dan timnya masih terhambat oleh asal-usul kemunculan kata "Approval" dan "Art". Deadline menjadi kata-kata yang kini bekerja sebagai terror. Si William-lah yang menunjukan dari mana kata itu muncul. 

Tapi drama kolaborasi ini bukan saja dibentuk oleh pertempuran antara kerja keras si professor dan dokter-cum-veteran berhadapan dengan perseteruan geng di dalam Oxford. Drama lain yang dijelajahi dalam cerita ini adalah perubahan hubungan Benci-benci lalu Rindu (BB-R) antara janda muda itu dengan transformasi rasa bersalah Wiliiam.

Singkat cerita, William hanya ingin agar uang pensiunnya diberikan kepada si janda agar boleh mengasuh anak-anaknya serta menjauhkan mereka dari kekurangan. Selanjutnya hubungan ini sekurangnya membentuk empat babak yang romantik.

Pada tahap pertama, tentu saja, itikad baik ini hanya menghasilkan kemarahan dan rasa benci. Pada tahap kedua, ketika kemiskinan dan penderitaan itu mendekatkan keluarga ini kepada malam natal yang menyedihkan, sang janda itu akhirnya mau menerima pemberian William yang menolak menyerah.

Pada tahap ketiga, kesungguhan William menebus rasa bersalah itu meluluhkan hati sang perempuan yang memutuskan bertemu dan pelan-pelan mendorong terciptanya dialog dua jiwa, yang bukan saja intens tapi juga intim.

Pada tahap berikutnya, keduanya tak bisa menghindar dari takdir jatuh cinta, namun satu keputusan berdarah lebih dipilih William ketimbang membuat cinta itu sebagai pembebas dari kutukan rasa bersalah...duh.

Lantas? Udah? Udah?

Maaf, film biopik atau cerita anak manusia di balik satu peristiwa penting sejarah yang lumayan asik tidak sesederhana itu jejalin ketegangannya, wahai penghuni negeri di koloni Marvel Cinematic Universe! Ups. 

Nonton sendiri laah...
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun