- hanya kepada siklus!
pada sebuah tatap yang tutup,
kita pernah menahan cakrawala berusaha kabur dari matamu
hari itu jendela berwarna kelabu sedang politik penuh nafsu itu
berderet-deret di depan pintu
namun pintu terlanjur terbuka,
segala yang merangkum kita merembes ke angkasa
aku merasa kalah, marah-namun kau percaya
semua baik-baik saja; tidak ada yang berbeda
"aku/kamu akan selalu menjadi perpustakaan
bagi pikiranmu/ku yang gamang
atau taman bermain
bagi kekanakanmu/ku sendiri."
tidakkah segala yang membasahi angkasa,
terlanjur jauh dari nyata-yang bisa kupeluk seketika?
menjadi perpustakaan akan lekas purba,
seolah kitab dari masa entah
manakala orang-orang belum merindukan negara
dengan tangan-tangan mengambil ke segala
adapun dengan riwayat taman itu,
hanya tinggal debu berbangkai kayu
pada lansekap sebuah kota
yang memisahkan ayah ibu dari anak-anaknya
ooh, wahai waktu!
di tubuhmu, dahulu
ada seseorang yang selalu tersentuh-
hati mudah luluh, kepala yang lekas
mengajukan ragu
di kepalaku, sampai seluruhnya wagu
tinggalah sepasang mata dengan pembacaan
berulang di depan sajak biru
perihal kita yang pernah dirangkum butuh
pada tatap yang tutup
bibir kita kini terkatup
[April, 2019]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H