Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Queen of Katwe", Phiona Mutesi dan Catur sebagai Seni Melawan Ketidakmungkinan

2 April 2019   10:55 Diperbarui: 2 April 2019   22:01 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Phiona Mutesi, Mira Nair dan Lupita Nyong'o | (Sumber: Photograph: Isaac Kasamani/AFP/Getty Images)

Atau, justru jalan nasib yang normal mungkin tidak pernah melahirkan Phiona.  

***

Queen of Katwe adalam film bergenre drama biografi yang menulis ulang cerita hidup Phiona Mutesi. Ditulis oleh Tim Crothers, seorang mantan penulis senior pada Sports Illustrated. Tim pertama kali berjumpa Phiona di tahun 2010. 

Phiona Mutesi adalah nama seorang juara. Seorang perempuan juara catur dari Uganda, yang dalam bahasa asli tidak memiliki padanan kosa kata untuk Chess. Maksudnya, olahraga ini bukan saja baru tapi juga asing. Jadi, Phiona juga adalah seorang perintis. 

Adalah Robert Katende (diperankan David Oyelowo), seorang pelayan gereja yang mengajarinya bermain catur. Dalam mentoring Robert, hanya dalam 4 tahun, Phiona telah menjadi juara catur internasional. Semuanya bermula dari kebetulan belaka.

Pada suatu sore, di tahun 2005 atau saat itu Phiona baru berumur 9 tahun, dia diam-diam mengekori kakaknya, Brian. Selain rasa penasaran, dia juga berharap memperoleh makanan. Brian pergi ke sebuah beranda berdebu, ke tempat dimana Robert melatih anak-anak bermain catur. Saat melihat bidak hitam putih itu, Phiona tidak memiliki bayangan apa-apa di kepala. 

Yang muncul justru pertanyaan, "Apa sih yang bikin anak-anak itu (bisa) diam?"

Phiona kemudian melihat anak-anak yang bergembira dan bersemangat karena bermain catur. Ia, dalam hatinya, ingin juga merasakan hal yang sama. Ingin menghabiskan waktu dalam kesenyapan yang menggembirakan. 

Karena itu, dari sudut pandang penonton kita boleh katakan bidak catur menjumpai Phiona dalam situasi emosi yang sederhana tetapi sejatinya sangat mewah. Emosi khas anak-anak yang dipaksa menjalani kewajiban-kewajiban orang dewasa. 

Phiona hanya ingin merasakan kegembiraan!

Di tahun 2009, bersama dua bocah laki-laki, Phiona berangkat ke Sudan sebagai wakil Uganda dalam Turnamen Internasional Anak-anak se-Afrika.  Ini adalah pengalaman pertamanya bepergian dengan pesawat dan jauh dari tanah lahirnya. Dan ketika melihat langit biru serta lautan, ia bertanya, "Apakah itu Surga?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun