Lantas, apakah film yang asal-usulnya dari serial tv di tahun 80-an masih harus dihidupkan seri ketiganya?
Sebenarnya terlalu kurang ajar mengomentari ini. Namun sebagai penikmat akting Denzel Washington, Equalizer yang berikutnya harus menciptakan drama yang lebih serius lagi. Kalau pun ingin mengambil tema pembalasan dendam terhadap terbunuhnya Susan, maka kisahnya harus bisa mengungkap hal-hal yang tidak terwakili dalam tetralogi Jason Bourne.
Misalnya saja, Jason Bourne yang sudah menepi ke India, membuang identitasnya dan berusaha hidup dalam sehari-hari yang baru memilih kembali dan mengamuk karena pacarnya Jermannya terkena peluru penembak jitu. Alasan yang memperkuat keharusan dia menelusuri jejak ingatannya yang rumpang karena amnesia.
Atau kalau pun ingin mengisahkan Robert McCall sebagai warga sipil yang memilih jalan hidup berpindah-pindah kota dan terlibat dalam aksi-aksi yang menjaga tegaknya hukum dan keadilan sosial sebagaima ciri utama dari film bergenre Vigilante Thriller, maka jangan sampai hanya mereproduksi kisah Jack Reacher dalam tubuh Afro-American Hero atau Robin Hood Hitam dalam masyarakat supermodern Amerika.
Sebab McCall tidak dilahirkan dalam setting masyarakat yang terkomputerisasi secara total, maka arah kesana mungkin perlu dijajaki. Mungkin bisa ditambahkan dengan cerita McCall membuat semacam agensi yang beranggotakan Alina dan Miles Whittaker, remaja yang tumbuh menjadi spesialis tukang bongkar kejahatan digital.
Mereka kemudian bekerja untuk menghadapi kejahatan yang digerakan para pemuja White Supremacy. Keren kan?
Atau, mending gak usah deh. Sampai di sini saja. Dramanya sudah mentok!
***
Informasi tambahan tentang film ini boleh dibaca pada The Equalizer 2 atau di sini dan di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H