Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Salon Kesedihan

22 Oktober 2018   19:48 Diperbarui: 22 Oktober 2018   20:32 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kau hidup pada kota yang hampir setiap bulan melahirkan salon kecantikan? 

Sementara di rumah sakit, orang-orang berwajah masam tetap berjubel, mengantri bersama penderitaannya. Adapun wajah para dokter hanya terlihat sumringah di depan gawai mereka? 

Sedang kau sendiri, di kepalamu, selalu ada seorang perempuan yang nyaris menang di hadapan penyerbuan iklan perihal tubuh dan keabadian. Seperti ingin mengatasi hari yang makin perih. Seperti ingin mengatakan yang disediakan waktu hanyalah kolonisasi angan-angan terhadap tubuh. 

Dan perempuan itu, hampir setiap sepi, muncul dari balik selimutmu yang lembab. Tertawa dan berkata lirih, "Bagaimanakah cinta boleh cukup sebagai obatnya?" Kau terus bersedih. Kau ingin menangis tapi tak ada lagi kesedihan yang benar-benar baru.

Kemudian mematung seperti kemarin. Mengenang hari kau dimakamkan. 

[2018]

*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun