diriku, di antara segala yang tidak kupahami,
terlalu cepat kupelajari dan terlampau lambat
kumengerti. dan kau (dari bait pertama puisi Sebelum Sendiri, Aan Mansyur)
Pertama-tama, mewakili diri sendiri, saya mengucapkan terima kasih kepada Mbah Peang a.ka Lohmenz Neinjelen.  yang sudah menciptakan guncangan psiko-kognitif--hayaah, bahasamu cuk!--dengan pertanyaan, Apa itu Puisi?
Pertanyaan ini memaksa berjibaku dengan ingatan akan beberapa bacaan juga pesan dari seorang guru tentang puisi. Intinya, dipaksa memeriksa lagi apa yang disebut sebagai puisi dan mengapa ia terbedakan dengan, sebut saja, bahasa sehari-hari, jurnalisme, sains dan filsafat atau teks agama-agama.
Dengan kata lain, hasil pemeriksaan terbatas yang dituliskan kembali di sini sangat terbuka bagi kesalahan-kesalahan subyektif dalam memahami. Itu artinya, terhadap Anda, catatan ini sangat berpotensi menambah kekaburan pengertian tentang apa itu puisi.
Mari kita mulai dengan sedikit permainan ilustrasi sosiologis.
Hampir semua yang hidup akan mengalami rutinisasi. Mengalami aktivitas yang terpola, karena itu berulang, dan karena itu "sudah tetap".
Misalnya saja, kalau Anda seorang petani, maka setiap pagi akan dimulai dengan pergi ke kebun dan mengurus tanah dan tanaman hingga petang menjelang. Jika Anda seorang ASN, maka akan ke kantor dan menyelesaikan setumpuk tugas hingga sore memanggil pulang. Demikian juga jika Anda adalah pedagang atau aparatur militer.
Hari-hari Anda sudah terpola oleh urusan, dimana di dalamnya termuat hak, kewajiban, tata cara, sanksi, dan disiplin. Hidup yang sudah terinstitusionalisasi, kata sosiolog.
Dalam hidup yang seperti ini, ihwal yang sudah terpola bukan saja "berdiri di luar sana". Ia bukan seperti suasana ketika Anda pertama kai mengunjungi kebun binatang, taman bermain, atau ketika sedang berkunjung ke rumah hiburan. Maksud, apa yang tampak berdiri di luar sana, pada sesuatu yang sudah rutin, sejatinya juga telah membentuk kesadaran sehari-hari Anda; sudah menjadi sejenis typifikasi di kepala.
Yang jadi perhatian kita dalam Percakapan tentang Puisi dalam urusan hidup yang terpola alias terutinisasi bukanlah dua aspek di atas, yakni institusionalisasi yang obyektif dan typifikasi yang subyektif.