Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Cerita "Siberia" dan Tragika yang Gagal

6 Agustus 2018   14:55 Diperbarui: 6 Agustus 2018   18:08 4246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keanu Reeves sebagai Lucas Hill dalam film Siberia (2018) | Variety

A man doesn't become a hero until he can see the root of his own downfall - Aristoteles

Lucas Hill (Keanu Reeves) terbang ke Rusia untuk membereskan penjualan berlian biru. Pyotr, sejawat yang membawa barangnya, ternyata telah menghilang. Berlian biru yang akan dibeli Boris Volkov ikut raib bersamanya. Boris adalah bos mafia, tentu saja. Tapi Boris tidak sendiri. Ada agen Federal Intelligence Service yang ikut mengail di air keruh.  

Lucas sedang bermain-main dengan bahaya. 

Mencari Pyotr membawa Lucas bertemu dengan Ana Ularu. Ana adalah perempuan pewaris dari kafe milik keluarga. Ia pernah memiliki masa muda di Australia. Apa yang menarik dari latar belakang ini? 

Sebagai lajang, Ana bukan tipe yang berbelit-belit dengan jatuh cinta. Ana hanya mengatakan, "Jika aku masih tidak membencimu, kamu masih boleh tidur di sini!" 

Tidak butuh puisi dengan kencan-kencan panjang. Apalagi dibumbui drama pertengkaran dan ngambek-ngambekan. Pada Ana, hidup falsafah "Easy Come, Easy Go". Ana seolah memaknai hidupnya seperti kafe: titik persinggahan, melepas lelah, kemudian berpisah dan lupa.

Sedang di Amerika sana, Gaby Hill terlalu sibuk menjaga karirnya. Dia tidak pernah tahu atau lebih persisnya tidak mau tahu seperti apa daftar risiko yang selalu dihadapi pedagang berlian, seperti suaminya.

Sebab itu, maka sumbu ketegangan dari film Siberia (rilis Juli, 2018) ini pada bahaya berurusan dengan mafia-agen intelijen dan petualangan asrama yang menyeret Ana ke dalam bahaya. Apakah film besutan Matthew Ross sukses menghadirkan ketegangan yang diinginkan? Ketegangan yang tidak semata dilahirkan oleh kultur kekerasan dan aksi sabotase intelijen, misalnya. 

Lebih dari itu, memberikan ketegangan yang "lebih feminin" dari sudut pandang Ana yang sebelumnya hidup tenang di kota kecil. Kota Mirny di Siberia.

Siberia: Ide Layu dan Terlalu Keanu

Kalau Anda menginginkan film drama kriminal dengan aksi kepahlawanan berakhir bahagia, maka Siberia adalah film yang buruk. Walau begitu, Siberia memiliki ide yang tidak bisa disepelekan. Ide yang, mungkin, gagal digarap maksimal oleh Matthew Ross.

Anda tidak akan menikmati bagaimana mafia Rusia beroperasi. Termasuk aksi-aksi sabotase yang dilakukan agen intelijen dalam film berdurasi 104 menit. Model-model operasi yang berbeda dengan cara kerja FBI atau CIA, misalnya.

Boris bahkan terlihat culun berurusan dengan Lucas. Transaksi berlian biru palsu terlalu mudah terjadi. Demikian dengan aksi intelijen, hanya dengan sekali tekanan-lagi-lagi Ana yang jadi tumbalnya-Lucas bertekuk lutut pada rencana mereka mengelabui Boris. Bahwa ada pertikaian antara intelijen dan kelompok Boris, kita juga tidak cukup memahami konteksnya selain karena berlian biru ada sumber kekayaan.

Karena itu juga, jika Anda membayangkan bagaimana Lucas meloloskan diri dari sengkarut bahaya yang melibatkan perseteruan antara state actor's vs non-state actor's-dua entitas yang disebut ikut berperan dalam jejak berdarah dari sejarah berlian di Afrika-maka itu adalah kemewahan dalam film ini. 

Hal kedua, jika poros ketegangannya adalah petualangan asmara Lucas-Gaby-Ana, maka sama halnya. Hambar. 

Anda tidak akan melihat Lucas jungkir balik di depan dua hati perempuan. Yang terlihat hanyalah dalam perjalanan menyambut bahaya, Ana seperti dihadirkan sebagai pelengkap segala duka tanpa opsi alternatif. Sementara Gaby, sesekali muncul dalam perbincangan telpon dan kita tidak membutuhkan banyak perdebatan moral mengapa Lucas lekas pula berlabuh di kamar Ana dengan jendela yang diselimuti salju Siberia. 

Kenanglah jika Ana adalah manifestasi mikrokosmis dari keberadaan kafe-nya sendiri. Sementara Gaby adalah mikrokosmis lain dari Amerika yang sibuk. Sayang, keduanya tidak lebih dari catatan kaki. Matthew tidak cukup memberi porsi padanya.

Padahal Siberia beberapa kali melukiskan konteks dari ketegangan antara sistem besar yang eksis melampaui dan diri manusia yang rapuh di depannya. Semacam pelukisan ketegangan antara "Agency vs Structure"-katakanlah, begitu.  

Misalnya pada adegan "Sumpah Persaudaraan" antara Boris dan Lucas yang ganjil (dengan perempuan menjadi tumbalnya) atau bagaimana Lucas akhirnya menemui akhir yang naas dalam baku tembak, kita boleh melihat betapa rapuhnya manusia di depan kuasa sistem yang memiliki kemampuan produksi kekerasan tanpa ampun. Tentu saja, kontras seperti ini tidak khas Siberia.

Ada kesan bahwa keresahan dan kecemasan subyektif di depan sistem tersebut muncul dalam wujud pergumulan Lucas. Lucas tampil sebagai tubuh yang sakit. Maksud saya, laki-laki yang selalu berusaha berlaku rasional di balik keputusan tertentu sekaligus sebagai jiwa yang mengalami kekosongan. Di baliknya, ada kehidupan domestik yang dijajah ideologi "Time is Money!".

Karena itu juga, seolah saja Lucas adalah kekosongan jiwa khas Amerikanisme. Jiwa yang individualis-rasional di depan tanah Siberia yang masih memelihara kehangatan hidup kolektif (?). Dengan kata lain, Lucas Hill menemukan kesembuhannya pada akar-akar kultural yang telah hilang atau seperti kutukan yang tidak boleh hidup sejak kekalahan komunisme.

Maka bisa dikatakan, Siberia punya potensi memberi peringatan akan sisi kosong yang diderita "Amerikanisme".

Sayang dua kali, film ini terkesan terlalu bergantung pada sosok Keanu Reeves. Ketergantungan yang membuat ide-idenya layu. Membuat tragikanya gagal! 

Uniknya, menjelang akhir, justru muncul adegan yang sempat bikin terkejut. Yakni keputusan Lucas untuk mengakali Boris dan tidak segera pulang ke Amerika. Saya sempat mengira, sutradara akan memberi porsi bagi kemunculan seorang pahlawan. Namun bukan jenis lelaki yang bangkit dari keterpurukan seperti John Wick. Lelaki yang kembali untuk menghabisi apa saja yang merusak ketenangan hidupnya. 

Pahlawan yang saya bayangkan adalah mereka yang menepati janjinya. Seperti janji Lucas, "Saya akan kembali dan membuat roti panggang untukmu setiap pagi, Ana." 

Lucas ternyata berakhir mati sesudah baku tembak dengan anak buah Pavel, tangan kanan Boris. Matanya menganga. Tubuhnya kaku di tanah. Sendiri saja. 

Lucas seperti pahlawan yang tragis. Yang mungkin tidak disadari sutradaranya sendiri.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun