Iya, maksudnya, ini perkara taktik aja. Novita bisa jadi tak cinta-cinta amat kepadamu, Mas. Ia butuh dalih yang membuatmu gak ngeyel lalu bertindak revolusioner. Dalih yang menyembunyikan bahwa di balik airmatanya, perempuan selalu memiliki kalkulasi-kalkulasi yang bisa saja mengabaikan suasana hati sendiri. Waspadalah para lelaki sok ngerti urusan!
Saya melihat sosok perempuan seperti ini dalam tubuh Dominika Egorova yang semlohai. Balerina yang sangat mencintai ibunya yang sakit-sakitan. Hidup mereka miskin dan ketika dirinya sedang di puncak karir, ia harus mengalami kehancuran yang terlalu awal sebab persaingan tidak sehat. Oleh adik ayahnya, Dominika diajak bergabung dengan satuan intelijen.
Pamannya yang petinggi intelijen jelas tahu, perempuan dengan rasa sakit yang seperti ini adalah senjata pembunuh yang sulit ditandingi. Yang pamannya tidak tahu, ia bisa berbalik membunuh tuannya. Silakan lengkapnya bisa dibaca pada catatan atas Red Sparrow.
Ini berarti juga jika siasat-siasat individual terhadap situasi hidupnya, terhadap rasa sakit yang ditanggungnya, terhadap cinta yang terancam gagal diperjuangkannya, sesungguhnya tidak memiliki jenis kelamin. Semua orang bisa tiba-tiba berubah 360 derajat atau menjadi pelakon kamuflase yang jempolan.
Karakter Novita memang jauh dari penubuhan seperti itu.
Novita tetaplah perempuan dari kalangan menengah dengan hidup sehari-hari yang tidak berurusan dengan politik intelijen. Satu yang sama dengan Dominika adalah memiliki cinta yang lebih taat untuk ibunya. Di dalamnya, kita melihat kepatuhan sebagai porosnya. Tak ada pertentangan nilai "Timur dan Barat" di sini.
Seperti yang sudah Novita katakan sendiri. Dari pada ribet dan ujungnya ditolak ibunya karena memilihmu, buat apa? Hidup cuma sebentar, haruskah karena kata hati, ia menjadi anak durhaka --iih, menyeramkan--? Lagi pula, apakah bahagia semata-mata persoalan psikis atau sesuatu yang culturalized?
Ia bergantung pada nilai apa yang dipelihara dan dituruntemurunkan masyarakat.Â
Sederhananya, Novita bisa belajar kembali bahagia. Mas Pur menjadi heibat karena terlebih dahulu mengaminkan ini. #MasPurAdalahDewa
Maksud saya dalam bagian ini, kita dikembalikan pada institusi yang selalu tangguh di tengah pasang surut pertikaian ideologi plus omong kosong politik. Institusi itu adalah KELUARGA (HARMONIS).Â
Keluarga adalah fondasi dari masyarakat. Di dalamnya, definisi tentang kebahagiaan dipelajari pertama kali. Di dalamnya juga, orang belajar menerima konsep-konsep moral dan sanksi. Di dalamnya juga, seringkali, anak-anak merumuskan tipe ideal dari sosok yang kelak menemaninya hidup jika berumahtangga.