Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau dan Perempuan di Titik Sunyi

16 Maret 2018   06:36 Diperbarui: 16 Maret 2018   07:09 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: flickr.com

Sebaris tembang baru menciptakan rusuh kecil
di matamu yang kosong
dan sebuah sudut remang-remang
bersusah payah menyimpan gemuruhnya.

Sebentar saja, waktu yang hilang
lukisan sembilu kenangan
lalu lalang ke dalam gelisah.
Apa yang remang, semestinya tenang,
kini lebih sengsara kau jangkau.

Sungguh, pikirmu, mestinya kau
jangan membiarkan seseorang
singgah membawa lari
pagi yang kasmaran dan perjalanan
yang tidak ingin dibayangkan.

Namun tembang itu..namun suara itu..Perempuan itu..
Ia masa lampau yang suci.

Seperti rindu atau sesal
pada hening yang sekarat
atau anak-anak yang mengeja orang dewasa
sebagai sekolah memaafkan dan memulihkan.

Sementara kau
masih tidak bernas mengerti
atau selalu gagal kembali
pada sebuah titik sebelum kesalahan-kesalahan dimulai.

Setitik sunyi. Bahwa mencintai
tidak pernah cukup karena pikiran.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun