Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"The Shape of Water", Usaha del Toro Menyuarakan Sang Liyan

6 Maret 2018   12:12 Diperbarui: 13 Agustus 2019   16:02 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: JoBlo.com

Antara perempuan bisu dan ikan 1/2 manusia di tengah masyarakat Amerika yang sedang berada dalam suasana Perang Dingin, 1960an awal. Ikan 1/2 manusia yang dipuja layaknya tuhan oleh penduduk lokal Amazon, Amerika Selatan, hanyalah aset sebuah laboratorium riset yang sedang adu kemajuan dengan capaian-capaian Soviet.  

Fantasi del Toro lumayan unik dalam hubungan konteks seperti ini. Pertanyaannya, gagasan apa yang hendak disampaikannya lewat film berdurasi 123 menit?

Saya baru mengetahui gagasan itu dari sebuah wawancara yang dimuat laman kutv.com. Dalam wawancara yang dimuat 11 Desember 2017, del Toro menggamblangkan jika TSW adalah film yang berbicara tentang empati terhadap sang Liyan (the Other). Ikan 1/2 Manusia yang berasal dari masyarakat udik seperti Amazon adalah simbolisasi dari "monster". Tetapi bukan monster yang selama ini hadir dalam imajinasi kita sebagai sesuatu yang bukan saja asing, namun juga mengerikan dan berbahaya. 

Tipe imajinasi yang berakar dalam riwayat cara pandang Barat terhadap negeri-negeri non-Barat.

Cara pandang yang menjadi sejenis "context of justification" bagi kolonialisme dan imperialisme. Leonard Y. Andaya lewat buku Dunia Maluku: Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal telah menunjukan jika bangsa seperti Portugis dan Spanyol memang telah sejak lama mengimajinasikan penduduk di negeri-negeri yang jauh sebagai lokasi hidup para monster.

Kedunguan seperti ini juga dibahas oleh Ben Anderson. 

Dalam karyanya yang berjudul Di Bawah Tiga Bendera: Anarkisme dan Imajinasi Anti-Kolonial (Marjin Kiri, cet ke III. 2017), Indonesianis yang wafat di Malang ini menceritakan sosok Isabelo de los Reyes yang menunjukan jika peradaban Barat yang diwakili Spanyol masih hidup dengan tahayul yang bikin ngakak guling-guling kasur. Isabelo adalah pribumi Filipina yang merupakan intelektual dunia ketiga pertama yang terlibat dalam pengembangan awal ilmu Folklor di dunia. 

Guillermo del Toro berada dalam usaha mengkritik kontruksi monster yang seperti ini. 

Dalam wawancara itu, ia bilang kalau monster yang hendak direpresentasikan ke dalam diri si Ikan 1/2 Manusia adalah kehadiran yang memiliki kapabilitas untuk mencintai dan empati. Sejenis monster yang lembut, welas asih, dapat menjadi sahabat manusia dalam menghadapi pasang surut kehidupan. Namun, TSW tidak dibuatnya jatuh pada sakit jiwa lain berwujud superhero ala Avatar yang dibuat James Cameron, 2009 silam. 

Menghindari "kultus superhero" atau "Whitewashing", kita bisa melihat jika del Toro lebih banyak mengelaborasi dunia psikis dan sosial Elisa Esposito dan Zelda Fuller yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih laboratorium hingga perjumpaan mereka dengan sang Monster. Elisa yang bisu jelas adalah sebuah simbol juga. Simbol yang sunyi, bukan karena secara fisik bisu.

Simbol yang sunyi ini mengekspresikan keberanian untuk memilih berempati dan memenuhi nasib dari jalan cintanya. Elisa memang tidak dikisahkan sebagai lesbian namun jatuh cintanya pada ikan 1/2 manusia adalah simbol dari keberanian membela kebebasan orientasi seksual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun