Bangsa, di masa depan, mungkin akan tampil dalam konektivitas global yang tidak lagi mewakili sejarah penderitaan dalam satu teritorial yang sama, tidak lagi memiliki harapan hidup untuk satu tanah lahir yang sama. Bangsa dalam pengertian Joseph Ernest Renan pelan-pelan menjadi usang (?). Dengan maksud lain, Gen Z akan dihadapkan oleh bangsa yang sesak napas dihajar globalisasi ekspor kehampaan, saat dimana rasionalitas instrumental mencapai level teknologi kontrol non manusia yang bekerja merata di seluruh penjuru dunia.
Lantas saat yang bersamaan, Yang Politik (the Political) yang berisi ideal-ideal kehidupan politik bersama, yang berwatak "beyond history", kehilangan daya juangnya. Sementara politik sehari-hari (politics) yang menghubungkan orang banyak terus tersubordinasi kepada watak Homo Economicus. Suraam, Boy! Â
Dus, murid zaman Old dan  zaman Now sudah saatnya keluar dari cangkang idealisasi diri sendiri yang infantile.
Murid-murid dari dua zaman perlu menemukan satu proyek peradaban bersama. Bagaimana kehendak akan pemenuhan kebahagiaan, cara pandang global, orientasi lebih besar kepada karir bisnis itu hidup dan bekerja dalam cita-cita pemerdekaan yang menentang radikalisme dan korupisme. Atau dengan kata lain, mengalami kebahagiaan adalah hak seluruh anggota bangsa.Â
Kalau benar begini, apalagi seruan yang bisa disampaikan selain Wahai anak-anak zaman, Old pun Now, BERSATULAH!Â
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H