Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hal yang Saya Pelajari di Perempatan

15 Oktober 2017   21:31 Diperbarui: 15 Oktober 2017   21:41 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah melewati perempatan malam dengan kerlap-kerlip yang tertib. Ketika jejak pendar berpapasan di mata saya, serupa melihat kamu di siang ramai itu, ada keheningan menyergap tubuh, serasa lepas. Tak tahu sedang berada dimana. Kehilangan tujuan. Kehilangan kemampuan tidak kembali ke sini. Seperti ketika menyelami kamu dari jauh di bulan pertama.

Sekali waktu, saya berpikir bahwa perempatan adalah sejenis panggilan.

Ia dipersiapkan kepada orang-orang yang berangkat dari rumah dengan niat tangguh dan tekad membatu. Siapa terus bertahan dengan pilihan atau berbalik arah dan hanya menatap kehidupan dari teras rumah, atau malah tersesat di perempatan lain sambil tersedu-sedu. Seperti di bulan ketiga saya memberanikan jatuh cinta kepada kamu.

Sekali waktu, saya berpikir jika perempatan adalah perkawinan ingatan dan kesetiaan.

Ia hanya ada untuk orang-orang menjalani hidup dengan melewati satu keberanian ke keberanian berikutnya tanpa banyak memajangnya di catatan harian. Orang-orang yang terlarang melihat ke belakang ketika mulai ditimpa keinginan mengenang sedalam apa telah berjalan. Seperti di bulan keenam, ketika kamu menyatakan mencintaimu hanya merumitkan hidup dengan masalah. Dan saya memilih menunggu.

Sekali waktu, saya berpikir perempatan adalah bertahan maju atau berlalu.

Ia selalu ada untuk memisahkan orang-orang yang tahu kapan harus berhenti di dalam ramai, kapan segera melaju sendiri dengan pilihan. Siapa yang akhirnya akan meyakini bila perjalanan ke tempat abadi adalah perjumpaan damai dengan sendiri. Seperti di bulan keduabelas, ketika kamu mulai menyadari dan saya memilih pergi.

Saya sekarang melewati perempatan malam dengan deru yang tak suka lama dipaksa menunggu. Menembus jejak pendar hingga di perempatan baru.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun