Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Kita Tak Lagi Berkirim Surat

29 September 2017   20:23 Diperbarui: 30 September 2017   05:53 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita memang punya sepasang nada sambung,
suara sumbang berulang, dan ruang mewah
tanpa percakapan-percakapan manis.

"Pulang jam berapa? Kalau kemalaman, makan di restoran saja,"
katamu jika aku kelebihan jam kerja.

"Aku harus rapat di luar kota, sampai Senin depan. Liburannya kita pindah,
tolong kasih tahu anak-anak."

Kita sudah tak punya libur, walau sedetik
menziarahi cita-cita bapakku atau mengunjungi wasiat ibumu.

Kita lupa pernah
menjadi pohon rindang
dan jalan kenangan

pada bertumpuk-tumpuk surat, rindu dan tunggu.
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun