Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Radio Perjuangan

23 September 2017   09:22 Diperbarui: 24 September 2017   04:35 3025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/Pexels

Asmuni duduk di sudut yang agak tersembunyi. Dari situ, ia boleh merekam percakapan seluruh pengunjung kantin.

Dua meja di depan duduknya, serombongan perempuan sedang asik berkisah. Satu diantara mereka bermata sayu dengan kacamata yang menyempurnakan sihir tatapan. 

"Tadi malam aku ngirim lagu lho di radio, pada denger gak?"

"Radio apa?"

"Suara Kasih. Tadi malam sempat hilang sih siarannya. Denger kan?"

"Yah, frekuensi radio itu gak nyampe di rumahku. Lagian, kalau jam segitu, ayah senangnya denger siaran wayang." Si Mata Sayu membalas, "Lain kali lewat RRI saja."

"Lagu-lagunya RRI kebanyakan band bapak-bapak. Panbers, Koes Plus, Dlloyd-lah. Ogah."    

Asmuni menatap lembar foto di tangannya. Gemetar.

Gelap seperti memenuhi segala ruangan. Terima kasih telah menyembunyikan kekacauanku, batin Asmuni. Dungu.

Berjuang adalah Koentji!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun