Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Radio Perjuangan

23 September 2017   09:22 Diperbarui: 24 September 2017   04:35 3025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/Pexels

"Mun, Muniiii, radio nenek dimana?"

Ya Allah..., kerongkongan Asmuni serasa lubang tambang disiram air keras.

"Nenek mau dengar siaran Wayang."

"Bisa sebentar lagi gak, Nek? Tanggung nih."

Asmuni menunda kunjungan neneknya di depan pintu. Radio itu masih menyuarakan berisik kecil yang menyiksa Asmuni dengan resah. Hujan deras di luar mulai melambat. Petir tak lagi ramai. Hening pelan-pelan merayapi.

"Kamu ini gimana sih? Bukannya bikin PR."

"Tanggung Nek, bentar lagi, 5 menit."

Maaf Asmuni, yang tinggal di gang...gang..gang apa ya tadi? Oh ya, gang Berharap adalah Koentji, lagu Tika Wibisono tak bisa diteruskan. Barusan kasetnya tergulung. Maaf ya. Semoga Someone-nya tak kecewa.

Oke pendengar budiman, kami bacakan pesanan lagu dari.....

Suara penyiar. Malam ini Asmuni kembali lelah menyambut pagi. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun