Opsi tindakan yang mereka tunjukan itu menjadi permenungan serius manakala saya meletakkannya dalam tesis negara anarki-nya sosiolog Emmanuel Subangun. Untuk kebutuhan ini, saya memodifikasi tesis itu.
Negara anarki adalah negara-bangsa yang mengalami kekacauan total higga tiba pada senjakalanya yang mengenaskan. Negara-bangsa serupa ini terkondisikan, paling kurang dari tiga hal. Pertama, kondisi struktural yang saling sandera di antara para elit politiknya. Elit politik (baik sipil pun militer, menjabat atau paska menjabat)yang sama memiliki masalah dan memegang kartu truf-nya masing-masing. Kedua, dikarenakan kegagalan memahami situasi internasional yang berjalan dan kesalahan mengambil strategi yang justru menciptakan kerangkeng baru "bangsa kelas tiga". Dan ketiga, lemahnya kapasitas kewargaan untuk menjaga soliditas dan solidaritas nasional dalam menjaga dan melestarikan konsensus kebangsaan.Â
Apakah kita sedang di track menuju negara anarki? Saya tidak tahu. Saya belum punya jawabannya.  Â
Satu yang makin terang di kepala adalah ajakan untuk melihat situasi yang lebih besar. Ajakan untuk memeriksa lagi, siapakah yang sejatinya sedang bertikai dan apa yang tengah mereka pertaruhkan? Ajakan untuk menemukan pilihan tindakan dalam "mengembalikan Indonesia" yang sesungguhnya banyak tersedia dan memanggil untuk terlibat.
Semoga bulan suci Ramadhan memberi kesempatan untuk membunuh hawa nafsu dan terimakasih para Petani, narasi orang kecil yang berusaha mengembalikan Indonesia.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H