Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

"Perempuan Matic" di Tikungan Zaman

3 April 2017   13:14 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 1647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara faktual, dalam banyak kasus di  jalan raya, saya kira "perilaku sein kiri, belok kanan" tidak khas emak-emak. 

Jauh lebih mendidihkan darah ketemu pengendara laki-laki dewasa yang sudah terang lampu saya menyala ke kiri, masih saja melambung dari kiri. Dan ketika mata saya menatapnya, wajahnya seperti bilang, "Ko kenapa? Tra senang, kah? Bikin to." Kampreet. Atau ketemu anak SMP dengan kegilaan sinetron, di jalan yang agak sepi, adu ketangkasan dengan senyum nyengir yang lebih buruk dari kuda sedang kelelahan. Remaja ini hidup dalam ilusi, merasa sebagai Boy di televisi. Kampret yang sama!

Dengan kata lain, oleh kehadiran motor matic yang membuat jalanan tidak lagi sepenuhnya maskulin, para lelaki yang merayakan kebenaran meme-meme itu patut dicurigai sedang menyembunyikan "perasaan cemas yang serius". Kecemasan bahwa bertahun-tahun menguasai dan memberi pesan: jalanan adalah laki, kini mulai dirusak oleh "kengawuran lain" yang terekspresi dalam "sein kiri, beloknya kanan". 

Atau kecemasan bahwa lelaki kini tidak lagi malaikat penolong yang dinanti-nanti. Dinantikan ngantar jemputnya yang dengan itu, diam-diam tumbuh superioritas maskulinnya, "Tanpa jemputan aku, kamu nothing, Beibeh." Atau kegelisahan di mana bertahun-tahun turing dengan motor itu laki banget. Sekarang, emak-emak dengan matic pun bisa. Sesungguhnya turing bukan milik jenis kelamin. Lebih parah lagi, ketika ditilang polisi, perempuan jauh lebih bisa menyelamatkan diri ketimbang lelaki. Hmmm.

Singkat cocokologi, seolah ada dominasi yang tidak lagi tunggal. Ada citra yang kini retak. Di jalanan, jenis kelamin bukan identitas yang "melampaui sejarah".

Cuma saja, ya itu tadi, mbok ya kasih pengumuman kalau mau zig zag di lampu merah. "Minggir, minggir, Seniornya Rossi mau lewat." Itu mungkin cara yang jitu demi mengurangi kesalahpahaman sein ke kiri, beloknya hanya Tuhan yang tahu.

Selamat datang bulan April.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun