Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yang Sepi pada Kopi

1 Oktober 2016   21:53 Diperbarui: 1 Oktober 2016   21:57 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: rona-keller.deviantart.com

Pada kopi pagi,
ada kelam malam berjaga,
dan dingin tabah yang mencintai pahit:
aku.

Pada kopi senja,
ada cerah cinta, kenangan
dan hangat harap yang menolak lesap:
aku.

Aku,
yang sepi dalam genit merah lipstick,
asam tembakau, cerita-cerita.
Doa, gundah gulana,
hingga pertengkaran kata yang membunuh waktu
tanpa pesan.  

Aku,
sunyi,
dipeluk debu rumah kaca.
Kesaksian yang tiada.

Aku,
cangkir.

Tubuh yang enggan mangkir

2016
***

*) Selamat Merayakan Kopi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun