Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Di Balik Retak Romantika Brangelina

26 September 2016   10:45 Diperbarui: 26 September 2016   17:12 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: ibtimes.com

Jean-Luc Godard, sineas Perancis itu, pernah berpesan: tak jarang kenyataan begitu rumit dan cerita hadir untuk memberinya bentuk.

Dalam posisi sebagai sineas, kata-kata ini bisa dimaknai jika film adalah bagian dari usaha menghasilkan bentuk atau bingkai pandang dan tutur. Sehingga film bisa pula dikatakan sebagai usaha manusia menafsir kenyataan, usaha 'memberi makna' atas zaman atau realitas sehari-hari. Karena kenyataan demikian kompleks usaha memberi makna ini pastilah sesuatu yang selalu relatif.

Bahkan, ada pendapat yang juga mengatakan, film bisa menjadi bagian mengawetkan hegemoni dalam hubungan antar bangsa. Di sini, film adalah unit yang bekerja dalam adu canggih geostrategi dengan sasaran utama memperkuat unit soft power sebuah negara terhadap negara lain atau terhadap kawasan tertentu. Tapi, walau begitu, film tak selalu digunakan untuk tujuan keluar, ia bisa juga menjadi alat melanggengkan kepatuhan di dalam rumah sendiri.

Salah satu pemikir yang berusaha menunjukan posisi film sebagai sarana penguatan soft power rezim politik kedalam rumah adalah Douglas Kellner. Dalam paper berjudul Film, Politics and Ideology: Reflection Hollywood Film in the Age of Reagan, Kellner menunjukan bagaimana perseteruan konservatisme versus liberalisme menjadi motor nilai dalam produksi film Hollywood. Ia membahas film Rambo yang disebutnya sebagai jenis 'return to Vietnam'. Rambo sendiri adalah jenis film yang berusaha membangun citra Amerika sebagai kelahiran kekuatan baik sedangkan Vietnam atau Komunisme secara umum adalah wakil dari 'the evil'.

Dari pesan Godard di pembuka tadi juga kritik ideologi film yang disajikan Kellner, kita boleh menyetujui untuk sementara bahwa film bukan saja sekadar hiburan. Artinya produk industri tontonan yang diperuntukkan untuk menghabiskan waktu luang di akhir pekan atau sarana melepas stres sosial masyarakat.

Film juga bisa menjadi instrumen melanggengkan kepatuhan dan pemujaan yang diruwat oleh tiga kaki: sistem selera tertentu, produksi idola dan kelanggengan masyarakat fans.

Hollywood Hegemony: Sistem Selera dan Produksi Idola
Selera dapat dimengerti sebagai kecenderungan rasa suka atau kegemaran yang melibatkan emosi tertentu. Beberapa orang mungkin melihat ini sebagai sesuatu yang spontan, alamiah, karena itu given atau 'irasional'. Tapi saya tidak percaya dengan pendapat ini.

Saya lebih melihat selera sebagai rasa suka yang dikonstruksi secara sosial. Ia diproduksi oleh aparatur tertentu seperti pelaku industri dan media massa dalam konteks produksi film. Atau bahkan lewat lembaga keluarga dan sekolah.

Kesukaan pada film-film yang dibintangi pria bernama lengkap William Bradley Pitt yang memulai karir aktornya pada tahun 1987, mula-mula menjumpai susunan selera saya lewat majalah. Ada dua majalah di zaman ABG saya yang menjadi aparatus produksi selera, HAI dan Aneka Yess!

Pada kehadiran (pesona) maskulinnya, saya melihat sebuah ideal yang terus disebarluaskan tentang tubuh yang sempurna. Dari potongan rambut, cara menatap, proporsi wajah, postur tubuh hingga cara berdandan, sosok yang juga hebat sebagai produser ini hampir tanpa cela andai pun ia tampil berantakan. Selalu saja terlihat keren! Terlebih ketika usianya menuju sepuh (lahir tahun 1963), ia masih saja menjadi simbol seks Amerika yang dimenangkannya tahun 1995 dan 2000.

Kehidupan pribadinya, kata Wikipedia, menjadi salah satu subyek cerita yang diburu banyak penikmat hidup selebritis. Ia disebut juga sebagai salah satu seleb dengan level pengaruh global. Apalagi ketika ia berpisah dengan Jennifer Aniston dan hidup 12 tahun dengan Angelina Jolie, memiliki enam anak, ia seolah mewakili romantika yang sempurna.

Angelina yang juga salah satu aktris berpengaruh produksi Hollywood makin menyempurnakan romantika cinta mereka dengan pelibatan diri dengan kegiatan amal. Adopsi mereka atas tiga anak yang bergaris darah Asia dan Afrika juga memberi pesan kuat tentang penghargaan mereka atas kemanusiaan dan multikulturalisme. Oh ya, Bradley Pitt sendiri adalah pendukung Presiden Barrack Obama.

Hingga akhirnya kabar perceraian itu berhembus pada September tahun 2016. Narasi romantika ideal ini terbaca retak.

Para pemuja Jennifer Aniston (aka Angelina Hater’s) yang dinikahinya selama 5 tahun menilai pengajuan cerai itu sebagai kutukan atau karma. Bradley memang memilih melanjutkan asmara dengan Angelina sesudah bermain bersama di salah satu filmnya yang menghasilkan banyak uang, Mr & Mrs. Smith. Salah satunya adalah Jose Mourinho, yang pernah nginap sehotel bukan sekamar, lalu ketika melihat Aniston melenggang pesonanya, spontan berkata, “Betapa bodohnya Brad Pitt!”

Dus, apakah sosok pemeran Achilles dalam Troy ini akan berakhir pesonanya?

Tentu saja harapan itu adalah igau mimpi di tengah hari terik.

Bradley, walau sejauh ini hanya bisa masuk nominator peraih Academy Award sebagai pemeran utama, ia adalah produser jempolan. Film Departed (2006) dan, khususnya, 12 Years a Slave (2013) yang diproduserinya memperoleh penghargaan Academy Award untuk kategori Best Picture. Artinya Bradley menyempurnakan citra maskulinitasnya itu dengan kinerja yang juga mumpuni dalam industry hiburan Amerika Serikat.

Ia menjaga diri dengan karya, bukan sensasi yang dangkal.

Kondisi—pantang musnah disebab perceraian---ini juga menggambarkan bahwa sekali pun perceraian sendiri, tampaknya, dalam masyarakat supra-liberal selevel Amerika, masih dipandang sebagai perkara terlarang akan tetapi sistem selera dan produksi idola sudah memapankan dirinya. Sebab itu juga, keterbelahan dalam masyarakat fans, antara yang bersedih atau bergembira, pada dasarnya hanya akan menjadi bumbu penyedap berita semata.

Dari sistem selera dan produksi idola yang sudah mapan ini, kita bisa melihat beroperasinya unit dominan nan mapan bernama Hollywood Film Industry. Sistem yang jejak pembangunannya sudah dimulai pada akhir tahun 1880-an.

Betapa Hollywood bukan saja selalu melahirkan idola-idola baru lengkap dengan ideal-idealnya, melainkan juga berhasil menyebarluaskan itu menjadi sistem selera global. Bahkan dalam tingkatan tertentu, seperti dibongkar Kellner di atas, Hollywood adalah unit penting dalam operasi pengaruh politik Amerika lewat media popular culture.

Asiknya, saat yang bersamaan juga diproduksi kritik atas superioritas Amerika.

Film seperti tetralogi Bourne-Matt Damon atau Syriana-George Clooney, adalah sedikit saja yang coba menunjukan cerita gelap (dark narrative) yang menyertai gemerlap kejayaan super power bernama Amerika Serikat sendiri. Tak jarang itu dilakukan dengan cara mengolok-olok secara kasar, sebagaimana dalam film Deadpool, yang ditujukan untuk mendekonstruksi hero-heroan Paman Sam.   

Sistem sedemikian yang hidup dari kehendak meluaskan pengaruh bersama kritik-kritik atasnya belum bisa dilahirkan industri film nasional. Kalau pun sekarang menjadi salah satu unit penting dalam pengembangan industri kreatif, produksi film nasional tampaknya masih berkutat pada perkara keuntungan ekonomi saja atau dengan ide-ide yang tidak memprovokasi pikiran.

Rasanya percakapan sedemikian lebih pokok dipikirkan ketimbang sibuk dengan gunjing perceraian selebritis. Lagi pula, kamu siapa juga?

Heu heu heu!

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun