Pada gaya Sutardji yang disebut presiden penyair, misalnya. Dalam catatan Ignas Kleden, usaha dia membebaskan puisi dari beban-beban makna karena kategori tersebut adalah dengan teknik "dekonstruksi". Teknik yang membuat Sutardji kembali pada mantra, cara tutur yang pernah menyejarah sebelum berkuasanya bahasa yang resmi.Â
Metode menemukan karakter puitika inilah biang keroknya. Ia yang mendesak-desak serasa lebih harus dibanding pasien sekarat yang meminta disembuhkan. Ia adalah suara-suara gerah dalam kepala yang menendang kesadaran berpantul-pantul dalam sesak sekarang ini.
Rasanya saya memang butuh jeda mengolah kata. Jeda yang disiplin demi menemui suara-suara dalam kepala yang riuh sekaligus sepi. Jeda untuk menjalankan pengembaraan berikutnya.
Terimakasih Om Guru Felix!
[Sampit, Agustus 2016]
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H