Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Suara dan Kata-kata

25 Agustus 2016   22:08 Diperbarui: 26 Agustus 2016   06:09 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada gaya Sutardji yang disebut presiden penyair, misalnya. Dalam catatan Ignas Kleden, usaha dia membebaskan puisi dari beban-beban makna karena kategori tersebut adalah dengan teknik "dekonstruksi". Teknik yang membuat Sutardji kembali pada mantra, cara tutur yang pernah menyejarah sebelum berkuasanya bahasa yang resmi. 

Metode menemukan karakter puitika inilah biang keroknya. Ia yang mendesak-desak serasa lebih harus dibanding pasien sekarat yang meminta disembuhkan. Ia adalah suara-suara gerah dalam kepala yang menendang kesadaran berpantul-pantul dalam sesak sekarang ini.

Rasanya saya memang butuh jeda mengolah kata. Jeda yang disiplin demi menemui suara-suara dalam kepala yang riuh sekaligus sepi. Jeda untuk menjalankan pengembaraan berikutnya.

Terimakasih Om Guru Felix!

[Sampit, Agustus 2016]

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun