Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Pesan Merdeka Nenek

17 Agustus 2016   08:14 Diperbarui: 17 Agustus 2016   10:34 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jono nyengir lagi. 

"Ketika bolos jam belajar, saya sering main ke rumah baca mahasiswa di belakang sekolah Pa."

Bapak terus masuk ke kamarnya, mengambil caping dan mengajak anak lelaki satu-satunya ini keluar. 

"Yuk, kita ke kubur nenek."

Jono baru ingat, sudah tiga bulan belum menziarahi nenek. Bapak dan anak itu berjalan bersisian. Sepanjang jalan bapak menceritakan silsilah keturunannya. 

Ada yang baru dikubur nenek begitu mata melihat gundukan tanah yang belum disemen. Dekat pada nisannya sekarang berdiri tiang seukuran setengah meter dicat kuning menyerupai bambu runcing. Ada merah putih dari bahan seng yang menempel di bambu runcing itu.

"Pa..Nenek pejuang?"

Jono terkejut. Selama ini ia tidak pernah tahu. Bapaknya juga tidak pernah cerita. 

"Yaa. Salah satu wanita yang ikut di baris depan dalam perang kemerdekaan."

"Mengapa baru sekarang ditandai Pa?"

"Karena bapak baru mengijinkannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun