Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Juventus Paska #Pogback, Sebuah Harap

9 Agustus 2016   10:33 Diperbarui: 9 Agustus 2016   14:41 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paul Pogba | Foto: gazzettaworld

Rumor kepindahan Pogba ke Man United (MU) yang sudah beberapa minggu terakhir menjadi isu paling menyedot bursa transfer musim ini. Bersamaan dengan itu di linimasa beredar hastag #Pogback yang seperti milyaran doa dari pencinta Red Devils.

Dan pagi barusan, saya bangun dengan berita yang terkonfirmasi jika gelandang berusia 23 tahun ini sudah terbang ke Manchester. Diperkirakan MU mengeluarkan dana senilai 1,6 trilyun untuk mengembalikan pemain yang dulu dibiarkan pergi gratis ke Juventus Stadium.

Sejujurnya kabar ini bikin nyesek. Terlebih jika diperhadapkan dengan fakta Pirlo yang sudah menuju pensiun. Atau lebih fundamental dari itu, di Juventus sendiri, belum ada pemain yang boleh menghapus kenangan akan kehebatan Roberto Baggio atau Alex Delpiero, dua pemain yang sering menjadi faktor pembeda dengan aksi-aksi brilian.

Tapi mau bagaimana lagi? Emang saya siapaah??

Uang dalam jumlah besar masih menjadi kekuatan. Faktor penting dalam industri sepakbola. Apalagi jika berbalut ambisi besar menjuara Liga Champions. Seperti Real Madrid misalnya yang dengan uang besar mampu membawanya menjadi pemuncak daftar pemilik tropi liga Champions Eropa.

Selain itu, Juventus juga memiliki tradisi melepas bintang dimana uangnya dipakai untuk membangun kedalaman skuad. Seperti dulu dilakukan kepada Zidane yang kini malah lebih Madridista ketimbang Juventini. Ketika itu hasil penjualan Zidane digunakan untuk mendatangkan Buffon, Cannavaro, juga Thuram.

Sama juga Ibrahimovic, klub yang menjadi raja Serie A ini juga yang membawanya dari Ajax Amsterdam. Dari asuhan Nyonya Tua, Ibra kemudian menjelma menjadi salah satu striker menakutkan lagi berharga mahal di dunia.  Hal yang tidak terjadi pada Thiery Henry ketika dibeli. Henry justru menjadi legenda ditangan asuhan Arsene Wenger.

Pertanyaannya adalah ketika Pogba kembali kepada mantannya, bagaimana jalan nasib Juventus di Serie A dan kemungkinan menjuarai Liga Champions?

Pertanyaan seperti ini sebaiknya tidak mencari jawab pada laku gurita. Atau hewan mana pun yang tidak pernah tahu sepakbola itu barang apa.

Saya kira, jawaban itu harus dilihat dalam fondasi tim Juventus sendiri selama lima musim beruntun menjadi champione Serie A dan sekali mencapai semifinal liga Champions. Paling kurang, ada dua hal yang bisa digarisbawahi.

Pertama, kelahiran kembali mentalitas bertanding yang khas Juventus. Mentalitas yang sempat mati suri paska skandal Calciopoli dimana di tahun-tahun itu La Vecchia Signora bermain tanpa ruh, spiritnya mati. Antonio Conte datang dan melahirkan lagi spirit ini dengan pendekatannya yang “keras dan meledak-ledak” serta gemar dengan detail. Pendekatan yang berbuah sukses juara tiga musim Serie A secara beruntun.

Kedua, pendekatan Allegri yang disebut Marcelo Lippi sebagai tidak terburu-buru dalam memasukkan identitasnya ke dalam tim. Allegri melebur ke dalam warisan Conte—misalnya dengan formasi 3-5-2—dengan sesekali modifikasi. Di tangan eks allenatore Milan ini, Juventus boleh menjaga status juara dua musim secara beruntun dan sekali mencapai semifinal liga Champions.

Bagi saya, dari dua hal itu, pondasi paling penting adalah spirit, mentalitas, daya juang mati-matian demi memenangkan pertandingan dan menjaga nama besar klub serta kebanggaan fans; apa yang dikenal dengan Lo Spirito. Bahwa menjadi juara dicapai dengan pendekatan yang pragmatis—metode yang mengantar Portugal juara Piala Eropa—itu bukanlah perkara penting. Lo Spirito ini sudah kembali dimiliki oleh Juventus.

Sehingga bisa dimengerti jika yang dilakukan Juventus kemudian adalah membangun kedalaman skuad yang kompetitif agar dapat mewujudkan visi outward looking. Dan ini ditandai dengan memboyong Dani Alves, Miralem Pjanic dan terakhir, Gonzalo Higuain. Alves dan Pjanic dikenal tukang assist jempolan sedang Higuain adalah pembunuh di depan gawang terbaik di Serie A.

Apakah pembelian serius ini akan menjadi garansi? Dan uang dari “pemulangan mahal Pogba” itu bisa menjadi kekuatan positif dalam menaikan pencapaian klub?

Ya disitulah tantangannya. Masih harus diujicoba pada musim kompetisi tahun ini dengan skuad dengan spirit serta taktik yang sudah terbukti ampuh menjadi raja di liga domestik. Saya sih berharap Juventus memburu satu back tangguh seperti Paolo Montero, pria Uruguay yang dingin dan licik. Serta satu holding midfielder ala Makalele'an role yang statusnya world class. Gelandang dan pemain belakang yang menyempurnakan kinerja Khedira, Marchisio, dan Pjanic juga trio BBC di lini belakang.

Selebihnya ya biar saja berproses. Saya bukan gurita tempat bertanya prediksi.  

 

#FinoAllaFine #ForzaJuventus

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun