Kedua, pendekatan Allegri yang disebut Marcelo Lippi sebagai tidak terburu-buru dalam memasukkan identitasnya ke dalam tim. Allegri melebur ke dalam warisan Conte—misalnya dengan formasi 3-5-2—dengan sesekali modifikasi. Di tangan eks allenatore Milan ini, Juventus boleh menjaga status juara dua musim secara beruntun dan sekali mencapai semifinal liga Champions.
Bagi saya, dari dua hal itu, pondasi paling penting adalah spirit, mentalitas, daya juang mati-matian demi memenangkan pertandingan dan menjaga nama besar klub serta kebanggaan fans; apa yang dikenal dengan Lo Spirito. Bahwa menjadi juara dicapai dengan pendekatan yang pragmatis—metode yang mengantar Portugal juara Piala Eropa—itu bukanlah perkara penting. Lo Spirito ini sudah kembali dimiliki oleh Juventus.
Sehingga bisa dimengerti jika yang dilakukan Juventus kemudian adalah membangun kedalaman skuad yang kompetitif agar dapat mewujudkan visi outward looking. Dan ini ditandai dengan memboyong Dani Alves, Miralem Pjanic dan terakhir, Gonzalo Higuain. Alves dan Pjanic dikenal tukang assist jempolan sedang Higuain adalah pembunuh di depan gawang terbaik di Serie A.
Apakah pembelian serius ini akan menjadi garansi? Dan uang dari “pemulangan mahal Pogba” itu bisa menjadi kekuatan positif dalam menaikan pencapaian klub?
Ya disitulah tantangannya. Masih harus diujicoba pada musim kompetisi tahun ini dengan skuad dengan spirit serta taktik yang sudah terbukti ampuh menjadi raja di liga domestik. Saya sih berharap Juventus memburu satu back tangguh seperti Paolo Montero, pria Uruguay yang dingin dan licik. Serta satu holding midfielder ala Makalele'an role yang statusnya world class. Gelandang dan pemain belakang yang menyempurnakan kinerja Khedira, Marchisio, dan Pjanic juga trio BBC di lini belakang.
Selebihnya ya biar saja berproses. Saya bukan gurita tempat bertanya prediksi.
#FinoAllaFine #ForzaJuventus
***