Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Khutbah Hari Raya

6 Juli 2016   12:13 Diperbarui: 6 Juli 2016   16:15 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

10 tahun silam bapak berpulang ke rahmatullah. Bapak yang pensiunan guru itu menghabiskan sisa hidupnya dengan mengasuh taman pengajian dan langgar yang kecil di desa. Lima tahun kemudian, ibu menyusul bapak. Sejak itu langgar tidak lagi menjadi taman pengajian. Tanah dan bangunannya dijual untuk memodali sekolah saya sehingga sekarang boleh menjadi pengajar di perguruan tinggi.

Bapak yang selalu bilang tetaplah rendah hati jika berpengetahuan. Sopan santunlah di hadapan kebenaran. Jangan pernah merasa paling memahami. Bapak yang langgarnya tidak pernah bisa saya urusi.

Ya Tuhanku, baru kemarin Ramadan pergi, saya sudah menggunjing orang di kepala sendiri.

 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun