Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Conte dan Italia, Sedikit Catatan

28 Juni 2016   11:35 Diperbarui: 28 Juni 2016   13:37 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pantas saja pelatih selevel Ancelloti begitu percaya kemampuannya. Perlu dicatat, Italia selama waktu normal dan tambahan waktu tidak total bertahan. Catenaccio membuat mereka seperti dinding karet yang lentur dan seketika memantul cepat seperti anak panah yang ditembakkan ke jantung pertahanan musuh.

Pertanyaannya, masih pentingkah tim bertabur bintang di turnamen selevel Euro? Jelas tidak. Yakinlah ini tentang disiplin akan empat nilai yang dibilang Conte di atas. Bukan sekedar bola itu bundar.

Bukti lainnya adalah Islandia. Negara kecil dengan pemain antah berantah itu membunuh Inggris yang liganya setiap akhir pekan memenuhi ruang tonton kita. Liga kaya bertabur bintang ternyata melahirkan pemain yang kebingungan dan tertekan karena ketinggalan. Rooney malah kayak gelandang pengangkut air, Sterling kebanyakan lari seperti sedang sprint di lintasan 100 meter. Hadeeh.

Inggris hanya terlalu dibesar-besarkan media massa. Sejujurnya mereka tim yang mengenaskan.

Tantangan Italia selanjutnya adalah menghadapi Jerman. Sammy Khedira lewat akun twitternya sudah mengucapkan sampai ketemu di perempat final kepada sesama kompatriotnya di Juventus. Jadi mari kita tunggu saja siapa yang terbunuh. Apakah Conte yang akan terdiam atau Loew yang nanti bebas menggaruk pantat tanpa khawatir dishooting kamera.

Yang jelas, ketika saya bertanya pada Mas Joko P, gimana kesannya? Jawabnya itulah Italia nyebelin tapi ngangenin. 

Setujuuu. Inilah sebab mengapa saya selalu memiliki hati untuk Juventus dan Gli Azzurri.

Hati saya tidak untuk dinamika perasaan yang datar-datar saja. Saya harus menikmati pasang surut, harap dan cemas, gembira dan sedih, tersungkur dan bangkit demi menemukan ruang terdalam hati saya yang sejujurnya. Juga demi menemukan batas terdalam kemanusiaan yang fana. Dengan begitu, di masa tua boleh seperti sepasang kekasih dalam Sajak Seorang Tua untuk Istrinya milik Rendra. Ahaai.

Itulah filosofi sepakbola Italia yang saya maknai. Ia menuntun saya menikmati sepakbola yang (sering) membosankan namun mematikan. Terimakasih Gli Azzurri.

Segini saja catatan saya. Terimakasih sudah membaca. ijin mau berkemas, sebentar sore sudah harus berada di Cengkareng. 

Salam sepakbola!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun