Saya melihat Gu Mi-ho versi drama Korea adalah sebuah tafsir atas legenda yang menarik dipelajari. Khususnya oleh para pegiat produksi sinetron. Walau memiliki pesan yang klise bahwa dengan cinta yang tangguh semua penderitaan akan berakhir bahagia, Gu Mi-ho tidak terjatuh pada dramatisasi kisah yang mitologis atau romantika yang lekas-lekas happy ending.
Antara Mitologi dan Sosiologi
Jika memang begitu, apa ukuran yang bisa dijadikan alat menilai kalau Gu Mi-ho memang tidak mendramatisasi mitologi dan juga tidak lekas-lekas happy ending?
Dalam ingatan saya, paling kurang ada dua segi penting dimana drama korea yang satu ini mencoba berdiri diantara mitologi dan sosiologi. Dua segi yang sudah saya singgung di atas. Berikut penggambaran yang lebih detilnya.
Pertama, plot tentang adaptasi sosial (sosiologi). Sebagai makhluk dari alam lain, Gu Mi-ho ibarat bayi. Ia harus belajar untuk memahami makna-makna dan terbiasa dengan benda-benda produk budaya manusia.
Dalam proses ini, kalau menggunakan penjelasan Durkheimian, ia mengalami “proses pemanusiaan” secara bertahap hingga susunan cara berpikir, merasa dan bertindak menjadi sama dengan manusia kebanyakan.
Atau dalam bahasa sosiologi interpretatif, ia mengalami pembentukan struktur typifikasi dan pembentukan pengetahuan resep (pengetahuan yang menuntun manusia dalam aktifitas sehari-harinya). Sehingga bisa dikatakan, secara sosio-kultural, Gu Mi-ho sudah menjadi manusia.
Proses adaptasi sosiologis ini kemudian membentuk struktur kepribadian Gu Mi-ho yang baru. Ia akhirnya menjadi manusia mandiri dalam batas tertentu. Karakter makhluk jadi-jadian berangsur-angsur terdekonstruksi.
Kedua, elemen mitologi, seperti kekuatan kristal energi juga daya ubah diri dalam tubuh Gu Mi-ho tidak ditampilkan dengan dominan. Bahkan elemen mitologi ini berusaha dieliminasi dengan “prosedur saintifik” ketika si Gu Mi-ho berkehendak menjadi manusia paripurna. Prosedur yang meminta disiplin dan ketabahan melewati eksperimen juga waktu yang melelahkan.
Sebisa yang saya perhatikan, selain prosedur saintifik, elemen mitologi ini juga berusaha dikekang “daya pukaunya” oleh konflik-konflik dalam pasang surut hubungan antara Gu Mi-ho, si pemuda pembebas dan dokter yang menangani eksperimen menjadi manusia.
Ada perang pengaruh yang tumbuh diam-diam bersama rasa cemburu dan takut kehilangan pada diri pemuda karena kehadiran si dokter yang ternyata datang dari masa lampau ratusan tahun. Dokter yang menyimpan “narasi luka” karena membunuh kekasihnya yang secara fisik bagai pinang dibelah dua dengan Gu Mi-ho.