Lagu yang saya maksud itu berjudul Kesaksian:Â
Aku mendengar suara
Jerit makhluk terluka
Luka, luka
Hidupnya
Luka
Orang memanah rembulan
Burung sirna sarangnya
Sirna, sirna
Hidup redup
Alam semesta
Luka
Banyak orang
Hilang nafkahnya
Aku bernyanyi
Menjadi saksi
Banyak orang
Dirampas haknya
Aku bernyanyi
Menjadi saksi
Mereka
Dihinakan
Tanpa daya
Ya, tanpa daya
Terbiasa hidup
Sangsi
Orang-orang
Harus dibangunkan
Aku bernyanyi
Menjadi saksi
Kenyataan
Harus dikabarkan
Aku bernyanyi
Menjadi saksi
Lagu ini
Jeritan jiwa
Hidup bersama
Harus dijaga
Lagu ini
Harapan sukma
Hidup yang layak
Harus dibela
Lirik Kesaksian ditulis oleh W.S Rendra. Dalam susunan kata-katanya kita bisa melihat lirik sangat bertenaga kala mengungkap kegetiran, kemalangan, kekalahan dan seruan pembelaan atas orang-orang yang kalah. Dan jika mendengarnya dengan suasana tenang, saya kira aransemen musik, lirik dan vocal-nya bisa memberi getar emosi yang konsisten membuat merinding. Lantas bisa tiba-tiba dihadapkan dengan pertanyaan: sudah berbuat apa untuk manusia yang lain selama ini?
Ambil faktualitas saja. Orang-orang kalah adalah mereka yang dihinakan dan dibuat hidup dalam terbiasa sangsi atau ragu-ragu. Dalam kenyataan kita mudah sekali menemukan mereka yang kalah lalu bersikap pasrah, menjadi manusia yang fatalistik. Padahal, kekalahan mereka tidak selalu karena mereka enggan atau malas-malasan berjuang. Mereka juga tak selalu kalah karena bodoh. Tak jarang kekalahan mereka dikondisikan oleh sistem politik dan ekonomi yang timpang. Sistem di mana distribusi sumber daya ekonominya dikendalikan untuk menyejahterakan segelintir orang lewat kontrol yang total terhadap sirkulasi elit politik dan kebijakan politik.