[caption caption="patah hati/sumber: katagalaubagus.blogspot.com"][/caption]Minggu ketiga: terinspirasi lagu
“Mengapa tidak meneruskan. Setelah sedemikian akrab, masih menimbang segan?”
“Bukan. Tidak karena menakar segan. Ah, kapan kau bisa mengerti...tidak semua hal harus jelas detilnya, hadeeeh.”
“Lantas apa, bila tak enak hati, masih bukan segan namanya?”
Percakapan tak berujung. Selalu seperti itu. Kau menyediakan perhatian dan aku membisu. Sempurna, jiwa-jiwa kita kembali menutup.
Kau tidak pernah berpikir bukan keengganan yang menahanmu mengetahui terlalu banyak keseharian keluh kesahku. Bukan segan, bukan tak enak hati. Duh!
“Ya sudah.”
Tit.tit.tit.tit. Telpon kau putuskan.
***
Hah, hari-hari yang kacau. Pekerjaan berantakan, kesehatan terguncang. Sendiri berbaring dalam kamar rawat ini sungguh derita dari yang paling sengsara. Hanya menatap langit kamar dan dinding putih tak bicara.
Atau, kutelpon saja kamu?
Ah, sudahlah. Berbagi keluhan diri hanya akan menciptakan ketergantungan. Pada akhirnya, makin jatuh cinta saja. Lagi pula, apakah setiap jatuh cinta harus selalu diungkap jelas dan terang? Bacalah tanda-tandanya, mengertilah tanpa banyak bicara. Perempuan memang aneh!
Ngeeek. Pintu kamar rawat inap terbuka pelan. Andi tersenyum di sana.
“Ada paket buatmu.”
Kuambil, sobek plastiknya. “Undangan. Siapa yang nikah?”
Di undangan merah, tertulis Dita, namamu. Juga nama lelaki sialan itu, memohon doa restu. Kubaca lagi, berdoa bukan namamu. Tapi gambar pre-wedding tak pernah berdusta.
Sesak sekali. Paket ini membunuhku.
Terinspirasi dari lagu Ada Yang Hilang, Ipank. Boleh ditonton di sini.
Karya ketiga terinspirasi lagu ini diikutsertakan untuk merayakan HUT Perdana RTC. Terimakasih RTC, teknik FF200 bikin kecanduan, hehehe. Selalu sukses buat Anda semua, Salam Rumpies!
[caption caption="logo"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H