Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Man From UNCLE, Menikmati Komedi Intelijen

2 Februari 2016   09:56 Diperbarui: 2 Februari 2016   10:49 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adegan lainnya adalah ketika Solo dan Illya terjebak dalam aksi baku tembak dan kejar-kejaran sesudah ketahuan menerobos lokasi pengayaan uranium. Illya dan Solo bisa lolos sesudah melompat dari jendela dan berharap tiba di dalam air, ternyata tidak. Mereka tidak di atas papan dermaga kecil. Untung saja ada boat dan mereka berdua mencoba melarikan diri. Sayang sekali, pintu-pintu keluar sudah dikunci sehingga aksi meloloskan diri dengan boat itu berputar-putar menjadi aksi kejar-kejaran. Dalam aksi itu, Solo harus terlempar dari boat dan naik ke darat, lalu menjumpai sebuah truck yang di dalamnya ada bekal makan.

Solo akhirnya menenangkan diri dengan menyantap bekal tersebut sembari mendengdangkan lagu Che vuole questa musica stasera dari radio tua sementara Illya masih sibuk berkejar-kejaran di atas kulit air laut. Adegan tegang berkomedi ini silahkan disaksikan juga  di Youtube.

Saya setuju jika menyaksikan film ini, menjadi tertawa dalam ketegangan dan tiba-tiba menjadi romantis lalu tegang lagi. Pilihan musik pengiring adegan juga membangun suasana masa lalu yang sangat kental. Rithcie berhasil membawa imajinasi saya ke masa lalu yang tidak pernah saya hidupi.

Film seperti ini seolah saja membalik seluruh kesaksian atas film bergenre action dan aksi intelijen yang selama ini saya gemari. Ia membuat saya kehilangan cara pandang geopolitik dalam memahami film-film bertemakan intelijen seperti misalnya dalam film Double (Richard Gere) yang berkisah pertikaian sesama agen Soviet di wilayah Amerika Serikat. Selain itu, juga membawa saya melihat sosok intelijen sebagai manusia biasa yang boleh terjebak kedunguan dan kegalauan karena romantika yang tertunda, hiks, hiks, hiks.

Jadi, tontonlah film ini mana kala kehidupan politik menjadi sangat dungu dan kerasnya hidup harian menjadi terlalu serius lantas kehilangan komedinya. Komedi adalah kerinduan yang akan selalu hadir ketika kita berhadapan dengan terlalu banyak omong kosong dan kebingungan atas situasi hidup bersama dimana tidak lagi jelas mana yang harus dirujuk.

Tertawalah demi kewarasan yang kini mahal. Hahaha.

Selamat pagi, Salam hangat!

*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun