Opsi pertama, pada yang gila, sebuah pilihan untuk sibuk dengan diri sendiri, mengacuhkan yang lain, yang berdiri di luar sana. Opsi kedua, pilihan untuk menghadapi putaran hari berikutnya dengan kesetengahsadaran, terperosok dalam pelarian diri dari kekalahan-kelalahan harian. Opsi ketiga, pilihan untuk menghadapi putaran hari dengan terus bekerja menjaga daya tahan dalam sebuah pertandingan hidup hingga mencapai garis finish.
Begitulah dunia orang-orang kecil, the man in the street : orang-orang yang mengacuhkan dunia seluruhnya, setengah sadar menghadapinya, dan bertahan sadar terus melewatinya. Tiga dunia yang selalu bergerak sepanjang hidup anak manusia, menggerakan pasang surut nasib dan warna warni kesaksian-kesaksian atasnya. Tiga dunia yang menulis sejarah dalam kesementaraan.
Jangan buru-buru bilang tiga dunia itu dunia tanpa mimpi. Dunia pertama, mereka yang gila, boleh jadi tanda dari kehendak mimpi yang teramputasi, dunia ketika, mereka yang mabuk, boleh jadi tanda dari mimpi yang kalah, dan dunia ketiga, boleh jadi dunia dengan mimpi kecil yang sederhana sekali.
Dunia serupa ini selalu bisa kau temui dimana saja atau mungkin di dalam hidupmu sendiri. Jadi, apa yang sesungguhnya baru di tahun berikut? Apa yang sesungguhnya baru di bawah matahari?
Hidup “tanpa ada yang baru di bawah matahari” bukan tidak bermakna, tapi bagi orang kecil, ia mungkin lebih sebagai pergulatan di sini dan kini!
[Januari, 2016]
***
*). Catatan yang dibuat untuk memaknai cerpen Hic et nunc
Ilustrasi: travel.kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H