Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Melihat Arti Guru Besar di Film "Ip Man 3"

26 Desember 2015   10:14 Diperbarui: 26 Desember 2015   13:43 11108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkelahian Ip Man dengan pengembang properti itu terjadi sebentar saja. Syarat perkelahian itu adalah jika Wing Chun boleh bertahan 3 menit menghadapi teknik tinju si pengusaha properti, maka Ip Man tidak akan lagi diganggu. Dan Wing Chun pun boleh bertahan. Dalam adegan inilah, kemungkinan jemari Tyson mengalami retak sebagaimana dikabarkan oleh CNN Indonesia lagi.

Apakah duel Tyson dan Donnie Yen—alias pertarungan Tinju Barat versus Kungfu Timur—yang merupakan “inti utama pemikat” tubuh cerita di Ip Man 3?

Tidak, bukan itu. Kehadiran Tyson “hanyalah sambil lalu” bagi saya. Bagi saya, ini hanyalah bumbu yang tidak terlalu nendang rasanya, sebab tidak ada ketegangan yang maksimal. Tyson hanya terlibat duel dengan Ip Man dalam satu adegan berkelahi yang seru di ruang kerjanya. Tidak ada pemenang baku pukul, yang ada hanyalah menangnya sportifitas.

Selanjutnya, apa yang sebenarnya menjadi inti pemikat dari film ini? Saya tidak membahas plot, entar jadi aksi spoiler, hehehe.

Pusat cerita Ip Man 3, bagi saya, adalah sosok Ip Man di setahun terakhir sisa hidup istrinya yang sangat anggun itu sesudah divonis kanker dan hanya memiliki sisa waktu enam bulan saja, istrinya meninggal tahun 1960. Dengan kata lain, enam bulan yang menyorot sisi humanis-romantis seorang Ip Man, sisi dalam yang membuat kita melihat makna Guru Besar.

Untuk menikmati sisi humanis-romantis ini, kita akan diingatkan jika Ip Man telah memiliki nama besar, pribadi yang berpengaruh dan sangat dihormati. Ia juga merupakan salah satu “penegak keadilan dan hukum” yang menjadi sandaran masyarakat ketika alat-alat negara macet atau tersandera. Hidupnya banyak terlibat dengan urusan publik, sebuah peran yang sebisa mungkin dilakoninya secara seimbang dengan peran domestiknya sebagai ayah dan juga suami. Dalam Ip Man 1 dan 2, kita bisa melihat kesinambungan potret Ip Man yang seperti ini.

Dalam Ip Man 3, ini Wilson Yip, si sutradara, berusaha menunjukkan lagi sisi hangat seorang Guru Besar, sisi ayah dan suami dari Ip Man ketika berhadapan dengan konflik dalam tubuh aliran Wing Chun yang mengancam reputasinya. Konflik dalam tubuh Wing Chun dipicu dengan datangnya seorang sosok ahli Wing Chun lain yang dingin dan sangat ambisius. Sosok ini ingin mengambil kendali pengaruh Wing Chun dari Ip Man. Ia bahkan “berkonspirasi” dengan grup paramiliter kaki tangan pebisnis properti untuk menghajar salah satu guru demi mendapatkan bayaran untuk membuka padepokannya sendiri. ia menantang Ip Man bertarung terbuka sebagai pembuktian siapa terbaik, tak boleh ada 2 matahari di satu langit yang sama.

Para guru dan pendekar juga media massa, dibuat geram dan penasaran. Mereka menanti kesedian Ip Man untuk melayani tantangan itu demi menjaga nama baik mereka semua atas ancaman orang baru dalam jagat beladiri di kota mereka. Ip Man tidak melayani itu. Ia memilih menemani istrinya pergi berobat, membuatkannya ramuan obat, menyuapkannya semasa opname di rumah sakit. Ia juga melatih dirinya agar bisa luwes menari agar boleh duet bersama istrinya. Sementara itu, di mata istrinya, Ip man tetaplah seorang petarung kungfu yang tidak pernah bisa menolak tantangan karena itu sama dengan menginjak harga dirinya; sebuah alasan mengapa ia mencintai Ip Man. 

Jelang akhir cerita, sang istrilah, dalam siksa kankernya, yang kemudian mengantar Ip Man bertarung dengan penganut Wing Chun ambisius itu dalam sebuah pertarungan yang hanya disaksikan tiga pasang mata : anak lelaki Ip Man, murid si pendatang nan ambisius itu, dan istrinya.

Dan Wing Chun Ip Man-lah yang menang sesudah menjalani aksi berkelahi dengan tongkat, pedang pendek yang mirip pemotong daging, dan jurus tangan kosong. Ketika menang, kata-kata yang dibilang Ip Man adalah : yang paling penting adalah cinta kasih dari orang-orang yang mendampingi hidupmu.

Cinta kasih yang jadi alasan mengapa Ip Man bukan saja menolak tantangan bertarung pertama, tetapi juga merawat jiwanya yang tetap rendah hati, tidak ambisius, dan pantas dijadikan seorang Guru Besar Kungfu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun