Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Film "In the Heart of the Sea" dan Pesan Moralnya

10 Desember 2015   09:41 Diperbarui: 24 Agustus 2017   20:45 3376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya, mereka kemudian berlayar dengan menyimpan api konflik antara Pollard dan Owen memimpin awak kapal. Pada perjumpaan pertama, mereka sukses mendapat minyak dari dua ikan paus. Karena gairah memburu minyak karena target dan iming-iming keuntungan serta nama besar, mereka melanjutkan perburuan hingga ke perairan ganas yang tidak mereka kuasai wataknya. Hanya dari kesaksian seorang pelaut Spanyol yang selamat, mereka memutuskan untuk mencoba peruntungan takdir di sana, di perairan Pasifik Selatan.

Perkembangan berikut yang sudah bisa ditebak adalah datangnya malapetaka, kehancuran dan kematian.

Perairan yang diceritakan pelaut Spanyol itu memang sarat dengan ikan paus. Dengan kata lain, ada pundi-pundi keuntungan dan nama besar jika berhasil menaklukannya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, kapal mereka hancur terbakar oleh serangan satu ekor ikan paus besar yang memiliki tubuh sarat dengan luka tombak. Dari jejak lukanya itu, paus tersebut ternyata sudah memiliki track record bertarung dengan para pemburu paus.

Adegan berikutnya adalah tentang survavilitas di tengah laut dalam sekoci-sekoci yang bersandar pada pola angin dan arus selama 90 hari. Kisah survavilitas yang sangat mengenaskan dimana dalam usaha bertahan itu mereka harus menjadi kanibal atas rekannya yang mati. Bahkan di sekoci kapten Pollard, mereka harus saling mengundi untuk memutuskan siapa yang mati (dengan menembak pistol ke kepala mereka) demi menyelamatkan hidup yang lain.

Mereka yang tersisa dalam dua sekoci akhirnya bisa pulang ke Amerika Serikat sesudah ditemukan terdampar di perairan Chile, Amerika Selatan. Kepulangan mereka tidak lagi disambut oleh warga kota secara meriah sebagaimana ketika mereka dilepas dalam doa-doa. Owen dan Pollard bersama beberapa awak akhirnya bisa berkumpul dengan keluarga, termasuk si bocah yang menuturkan kembali pengalaman getir ini kepada si pembuat novel.

Masalah selanjutnya adalah melaporkan kisah karamnya kapal Essex kepada para penyandang dana (pemodal dan bangsawan). Para penyandang dana ini menghendaki kisah karamnya Essex dan perburuan serakah yang gagal total itu direkayasa sebagai kisah karam karena menabrak karang dan bukan oleh serangan paus. Rekayasa ini penting untuk menjaga kestabilan ekonomi dan dominasi mereka kala itu. Tampaknya sumber kekhawatiran mereka kalau kisah sesungguhnya yang terbongkar maka mereka bisa menjadi tertawaan pesain yang lain.

Tapi Chase dan Pollard menolak berbohong. Dalam sidang pemeriksaan, Pollard menceritakan yang sesungguhnya. Ia melawan status kebangsawanannya sendiri dan kehendak kaum penyandang dana.

Catatan

Pada film In the Heart of the Sea (selanjutnya disingkat ITHTS, 2015), yang disutradarai Ron Howard, kita bisa mengonfirmasi sedikit paralisme kisah sejarah dengan kisah yang dibahas Giles Milton. Kisah sejarah dari perburuan rempah-rempah bangsa Eropa yang diwakili Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris ke Timur Jauh sebagaimana dinarasikan Giles Milton dalam buku Nathaniel’s Nutmeg (1999) yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Pulau Run, Magnet Rempah-rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan (Alvabet, 2015). Proses konformasi ini memang dimungkinkan karena film ITHST juga diadaptasi dari buku Nathaniel Philbrick‘s (2000) yang berjudul In the Heart of the Sea: The Tragedy of the Whaleship Essex?. 

Dalam bukunya, Milton menceritakan kehancuran pelaut dan kapal-kapal Inggris yang dipicu oleh gairah memburu untung besar dari komoditas seperti pala, cengkeh, kayu manis,dll yang berada di perairan beriklim tropis khususnya Indonesia di masa-masa awal sekitaran tahun 1553. Keputusan-keputusan yang melayani perburuan ini disetir oleh kelompok saudagar dan elit bangsawan yang dibalut dengan kepercayaan pada cerita-cerita bercorak mitos tentang komoditas rempah-rempah tersebut dan lemahnya pengetahuan akan pelayaran ke wilayah Pasifik.

Cerita Milton menandai satu era yang disebut juga dalam sejarah ekonomi sebagai kapitalisme merkantilis. Sebuah era dimana proses akumulasi modal dilakukan dengan monopoli perburuan dan perdagangan komoditas berharga sangat mahal. Sebuah proses monopoli komoditas yang dikendalikan oleh korporasi dagang yang dibackup oleh kekuatan militer dan keputusan-keputusan politik ratu atau raja yang kemudian melahirkan kolonialisme hampir merata di seluruh penjuru dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun