Nafas mereka megap-megap. Mulut penuh sesak, nafas yang saling memburu agar lekas habis duluan supaya bisa memasukkan pentol berikutnya. Sekejap saja, bleeess, kosong melompong.
Johan lantas mengambil wadah pentol yang sudah kosong. Menatap wajah mereka yang tampak serupa sapi sedang mengunyah.
“Sakit!”
Lalu melangkah menuju rumahnya. Galaunya bertambah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!