Jangan sampai kemarahan yang bersemi dan ditujukan kepada Anda sesungguhnya adalah pantulan rasa sakit hati yang muncul dari kekecewaan batin karena ternyata anak sungai yang jadi presiden pun tidak cukup peduli dengan masa depan kami.
Maaf pak Presiden, saya tidak bisa bicara angka-angka atau setumpuk data-data atau sedokumen rencana. Saya hanya warga biasa dan lebih percaya pada yang saya alami langsung. Bukan sebatas yang saya dengar dan baca saja. Pilihan kebijakan Anda untuk mendorong investasi dengan melakukan deregulasi dan debirokratisasi semoga tidak membuat Anda sekedar menjadi pelayan swasta. Termasuk juga kehendak untuk menggeser fundamental ekonomi tidak membuat negara kehilangan prinsip yang hendak Anda wujudkan yakni politik sebagai pembebasan manusia dan membangun tanpa menyakiti.
Setahun yang sarat turbulensi multidimensi ini barulah ujian-ujian awal dari kepemimpinan Anda. Dan bagi saya pribadi, Anda akan masih setia membangun tanpa menyakiti dan menjadikan politik sebagai pembebasan manusia. Karena saya masih percaya Anda tahu dukanya menjadi anak sungai yang pernah hidup digusur mau pun anak-anak Indonesai yang lain yang harus mengubur mimpi yang tinggi karena bertahan hidup dukungan fasilitas yang minim juga ekonomi yang miskin.
Pak Presiden, di hari-harimu yang sibuk, jika sempat, pulanglah ke tepian sungai, pulanglah ke rumah masa kecilmu yang jauh dari mewah itu.
Selamat pagi Pak Presiden. Â
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H