Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karena Kompasiana, Saya Berpuasa

10 September 2015   19:33 Diperbarui: 10 September 2015   19:33 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jadi, selanjutnya saya menulis saja, berbagi saja, bersambung juga, dan semaksimal mungkin menjaga kewarasan. Soal tiga prinsip ini, saya enggan cerita bagaimana mewujudkannya, nanti terbaca sedang memberi kuliah moral. Itu kan wilayah Kang Pepih Nugraha, bukan saya, hahaha.

Pada pokoknya menulis dan menulis saja. Lalu pergi berkunjung, mengambil inspirasi dari kisah yang diceritakan teman-teman Kompasianer yang lain. Ikut berkomentar ria, tertawa sendiri di depan hand phone, dan, sesudah itu, istirahat, kembali ke dunia nyata.

Gegara mencoba disiplin pada tiga prinsip : berbagi dengan menulis, bersambung dengan berkunjung, beri vote dan berkomentar, serta menjaga pikiran dengan artikel-artikel yang sehat, demi terus waras di tengah kecenderungan perayaan sensasi ini, selalu ada waktu buat ber-Kompasiana.

Cukuplah dengan kesehatan jempol, jaringan internet, juga paket data tentunya, juga ditemani segelas Kopi dan mata yang masih bersemangat, selalu memaksa waktu untuk bergerak mengumpulkan makna-makna yang tersebar dari pembagian ikhlas dan bersemangat kawan-kawan Kompasianer yang budiman. Sungguh kepuasaan diri yang sederhana sekali.

Saya bisa berselancar ke Timur Tengah, melihat sisi lain kehidupan disana, juga dari berkeliling di sini. Saya bisa pergi ke Eropa, melihat kehidupan yang berwarna di sana, juga dengan berkunjung di Kompasiana. Saya bisa ke Australia dan melihat hal-hal inspiratif disana, juga dengan berselancar di Kompasiana. Termasuk juga ketika berkunjung ke kota-kota di Indonesia, melihat kisah-kisah menarik dan bermanfaat juga dengan ber-Kompasiana. Bagi artikel yang menurut saya menarik dan penting, akan segera saya sebar.

Termasuk juga, untuk meneduhkan hati dan melepas penat pikiran, saya pergi ke rumah Fikisana, mencari puisi, cerpen dan cermin yang menginspirasi disana. Sama halnya, ketika seorang teman mengeluh soal kolesterolnya yang mungkin berulah, saya mencopy link artikel kesehatan, saya teruskan padanya. “Baca itu!”, perintah saya, dia berujar, “ada gunanya juga Kompasiana ya?”. Saya sewot, dan membalas, “yang gak berguna itu kayak kamu, sudah tidak menulis, sakit-sakitan lagi!”. Dia ketawa saja. Saya apalagi, terbahak-bahak.

Begitulah terus kejadiannya, terus tersambung dengan Kompasiana. Selalu tersedia waktu untuk berkunjung, berkeliling dan mengambil makna yang disebar secara sukarela. Selalu juga mencoba berbagi, dan, semoga saja benar terlibat menjaga kewarasan bersama.

Lambat laun, makin ke sini, kurang lebih dua tahun berselang ini, saya baru ngeh, gara-gara Kompasiana, saya jadi makin mantap berpuasa dari pengaruh sosial media yang lain, serupa Face Book, Twitter, Instagram, Path, atau dengan bikin blog sendiri. Rasanya sudah cukup, sudah at home, padahal yang nyata saya kenal hanya tiga orang saja, teman yang menunjukkan cara menjadi warga Kompasiana, seorang lagi di Samarinda, Kalimantan Timur, dan yang terakhir di Manado, Sulawesi Utara. Sayang, mereka sekarang sudah tidak lagi bergiat.

Bagi saya, tidak perlu lagi sibuk dengan kegaduhan dan adu kecepatan informasi di sudut dunia maya yang lain, lantas mudah heboh dan latah. Apalagi kelatahan dan kehebohan yang tidak dibangun dengan argumentasi, bahaya. Cukuplah sudah. Di era digital, saya setuju jika, kesadaran wajib diet terhadap tsunami informasi. Dan Kompasiana cukup membantu untuk itu. Termasuk membuat saya berpuasa terhadap yang lain.

Akhir kata, Dirgahayu Kompasiana yang ke-7, tetap setia berkembang jurnalisme warga yang merawat sikap berbagi, bersambung, dan, menjaga kewarasan. Jangan eror lagi ya, please.

Salam hormat saya untuk Kang Pepih Nugraha dan kawan-kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun