Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Kulit Cempedak, Mendialogkan Kenangan

13 April 2015   10:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, selanjutnya kita tinggal memanaskan minyak goreng dan memasukkan potongan-potongan kulit cempedak yang sudah digarami tadi ke dalam. Tunggu saja beberapa saat, jangan terlalu lama, maka kulit Cempedak akan berwarna kecoklatan.

[caption id="attachment_409638" align="aligncenter" width="600" caption="Kulit Cempedak dalam penggorengan/ foto : dok.pri"]

14288945171463793694
14288945171463793694
[/caption]

Kelima, sesudah beberapa saat dalam wajan penggorengan dan mulai berwarna kecoklatan, kulit Cempedak sudah bisa disajikan. Hati-hati, jangan buru-buru, soalnya masih panas. Kulit ini bisa dinikmati sebagai cemilan saat santai. Tapi, umumnya di sini, digunakan sebagai lauk.

[caption id="attachment_409639" align="aligncenter" width="600" caption="Kulit Cempedak goreng siap dihajar/ foto : dok.pri"]

14288946972143761387
14288946972143761387
[/caption]

Demikian tata cara pembuatan kulit Cempedak goreng. Sederhana dan sebentar saja.

***

Bertemu buah Cempedak adalah perjumpaan kenangan saya akan tanah Papua, khususnya Kota Serui. Kota Serui adalah kota kecil, sering juga disebut Kota Kembang, salah satunya karena banyak turunan Perancis di sana. Iya, Perancis: Peranakan Cina Serui.

Di Kota Serui, pada musim buah, pasarnya yang terletak di tepi pantai akan selalu ramai. Kota yang kecil ini mungkin berat sebelah karena penduduknya yang tidak banyak itu semua tumpah ruah di pasar. Pasar adalah perjumpaan pedagang dan pembeli, lebih dari itu, ia merupakan perjumpaan anak-anak suku pribumi dan pendatang yang saling membutuhkan; ada kerja fungsionalisme kultural-ekonomi di sana.

Perjumpaan saya dengan Cempedak di tanah Kalimantan adalah pertemuan kenangan tentang tanah Serui-Papua dengan pengalaman baru akan bumi Kalimantan. Ketika mengunyah kulitnya, pikiran saya melayang jauh ke Serui, sebuah tempat di masa lalu ingatan yang tak lekang oleh waktu. Menyantapnya di tanah Kalimantan, menyadarkan saya akan keberadaan anak-anak suku yang bergantung hidup pada pemberian alam di sini. Jadi ketika makan kulit Cempedak goreng, saya mengalami perjalanan bolak-balik masa lalu dan masa kini.

Saya melihat kesederhanaan anak-anak suku Papua dan Kalimantan dalam pengolahan buah Cempedak. Saya gembira menjadi bagian dari mereka, hidup dalam "tradisi kuliner" yang mereka miliki dan terus di-regenerasi. Dengan pengalaman personal "psiko-kuliner" ini, saya mengalami masa lalu yang terus hidup.

Salah satu yang juga menurut saya menarik adalah cara pengawetan kulit Cempedak. Beberapa penduduk lokal mengatakan jika kulit Cempedak lebih enak jika direndam lebih lama di air garam dan dimasukkan ke dalam toples kaca. Proses penyimpanan seperti ini bisa bertahun-tahun dan kulit Cempedak tetap nikmat. Ini juga merupakan salah satu teknik proses pengawetan yang kiranya cukup tua dikembangkan masyarakat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun