Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok Versus "Cara Politik VOC": Menyimak Peringatan Postkolonial

22 Maret 2015   11:41 Diperbarui: 31 Oktober 2019   16:56 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada sisi yang lain, penerusan warisan kolonial  dapat berupa meng-copas model kelembagaan politik, sistem hukum, sistem keamanan, ekonomi yang justru melanggengkan ketidakadilan, diskriminasi, peminggiran dan lain sebagainya.  

Jika tilikannya berangkat dari peringatan studi postkolonial, dalam kasus pernyataan Ahok di atas, bisa jadi konteksnya lebih luas dari sekedar membuat PNS melawan Gubernurnya dalam urusan penyusunan anggaran belanja. 

Dengan mengangkat sedikit horizon pandang kita dari atas, maka terlihat  perkara diskriminasi, peminggiran, dan ketidakadilan masih sering terjadi di negeri ini, dari Merauke sampai Sabang, Mingas sampai Pulau Rote. 

Diskriminasi karena keyakinan beragama, peminggiran komunitas karena pembangunan, dan ketidakadilan penegakan hukum terhadap orang-orang kecil seolah berulang dan bukan tidak mungkin menciptakan banalitas di benak anak bangsa. 

Tak jarang, masalah-masalah ini ikut disertai kekerasan di ranah sipil dan membuat kondisi hidup berbangsa seolah bergerak mundur ke zaman kolonial yang mana negara sering sekali menjadi aparatur teror dan kekerasan. 

Makna negara merdeka seolah reinkarnasi negara kolonial saja. 

Catatan Penutup 

Usaha melawan nilai-nilai atau cara pandang kolonial yang berangkat dari ilusi superioritas diri yang berbahaya adalah pekerjaan besar semua komponen bangsa. Perjuangan bersama yang membuat makna merdeka tidak sebatas deklaratif semata (karena sudah proklamasi) atau karena sudah memiliki pemerintahan sendiri. 

Salah satu sendi prinsipil untuk menghadang mentalitas tuan-tuan kolonial tadi adalah mencerdaskan kehidupan bangsa bagi seluruh generasi Indonesia. Konstitusi bernegara memang sudah menjadikan ini sebagai cita-cita hidup merdeka. 

Akan tetapi, pada kondisi negara yang masih tidak meyakinkan membawa kita pada kepribadian Pancasila, kita jelas membutuhkan perjuangan kultural yang jauh lebih luas dan bersama-sama. 

Perjuangan kultural yang bisa dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga atau Rukun Tetangga dimana kita membiasakan diri untuk mengembangkan cara pandang bahwa rasa cinta tanah air itu hanya eksis dengan mencintai suku-suku bangsa yang hidup di atasnya tanpa terkecuali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun