Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Musik Rinto Harahap dan Kesaksian Sebuah Jejak

10 Februari 2015   18:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14235547831910906104

Sakitnya hati ini
Namun aku rindu
Bencinya hati ini

Tapi aku rindu

Dalam pemaknaan saya, lagu ini menerangkan hadirnya ambilavensi akut dalam hubungan kasih sayang diadik (dua orang). Ambivalensi yang akan selalu menghadirkan konflik dalam diri dan bukan tidak mungkin melahirkan tindakan-tindakan yang destruktif sebagai saluran pelampiasannya. Ada banyak kasus, oleh ambivalensi yang akut, pertimbangan rasional dan moral bisa tidak berpengaruh.

Menurut saya, Rinto Harahap adalah salah satu yang sudah merekam ruang batin ambivalensi  di era dimana sikap-sikap narsistik belum menemukan medium ekspresinya, entah lewat smartphone atau sosial media. Sebuah era yang juga negara masih bertawatak 'mewakili sebagai kebenaran moral nan tunggal' dan bertindak sebagai 'bapak yang sensorik'; era dimana ekspresi-ekspresi narsistik masih sepi dari ruang virtual.

Hari ini, di zaman ini, tidakkah kita banyak membaca berita tentang muda-mudi yang nekad melakukan aksi-aksi sadis karena patah hati dan bisa jadi karena tekanan ambivalensi yang meruntuhkan semua preferensi moral ?.

Saya tidak lantas menyimpulkan bahwa tekanan ambivalensi di era generasi digital dimana ekspresi narsistik sudah mencapai level kelewat takaran, ambivalensi lebih mudah menyeruak menjadi sadisme. Maksud saya, di era dimana negara sensorik itu tidak lagi relevan, generasi hari ini ditantang untuk mengembangkan kecerdasan kultural untuk mengelola energi negatif produksi ambivalensi itu ke saluran-saluran produktif.

Demikian juga dengan karya-karya musik dari aliran 'pop sedih'. Seharusnya juga meniti jejak yang sudah dirintis oleh Rinto Harahap dalam mengungkap ruang batin ke dalam teks lagu. Lagu sedih bukan berarti lagu yang tidak bisa memuat pesan-pesan 'kritis' dan tak semata berkubang dalam 'airmata dan kegalauan', sebagaimana yang dilakukan oleh Rinto Harahap dalam lagu di atas.

Bukan tidak mungkin karena kemampuan mengungkap itulah, lagu-lagunya kini hendak ditafsir ulang oleh Tohpati dalam aransemen rock, reggae, dan lainnya. Dengan kata lain, lagu-lagunya legendaris.

Selamat jalan Om Rinto. Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun