Mohon tunggu...
TUTU APRILIYANTI
TUTU APRILIYANTI Mohon Tunggu... Sekretaris - Penikmat Alam

Pecinta Alam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Anak Manusia di Benteng Vendenberg

10 April 2014   03:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semilir hembusan angin menyentuh wajahku dengan lembut, musim sudah memasuki musim semi. Hari ini tepat awal bulan April, hari dimana aku harus terbangun dari mimpi indah, hari dimana aku harus memulai hari-hariku tanpa adanya seseorang yang aku panggil polar bear nya aku. Beberapa bulan sudah cukup membuat hidupku cukup berwarna dengan kehadirannya. Senang dan sedih selalu mewarnai hubungan kami.
*****
Berawal pada beberapa bulan sebelumnya, tepatnya akhir bulan November seperti biasa aku yang kadang iseng ngecek timeline salah satu media sosial, dan pandanganku tertuju pada sebuah perustiwa besar dari seorang pria yang aku kenal, walaupun aku tidak cukup akrab tapi aku kenal hanya sekedar sapa menyapa. Pertama kali kenal pria ini 2 tahun lalu waktu aku ikut event pendakian salah satu komunitas di Malang. Pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa. Pria yang memiliki wajah lumayan tampan dibanding pendaki-pendaki lain peserta event tersebut, postur tubuhnya yang tinggi besar dan berkulit putih membuat orang yang melihatnya mungkin berpikir kalo pria ini masih ada keturunan indo. Padahal usut punya usut, pria ini merupakan arek Suroboyo alias anak Surabaya. Pada saat itu aku berpikir, kalo pria ini cukup pendiam tapi ternyata memang dia sendirian dari Surabaya, dan tidak mengenal peserta lainnya.
Beberapa bulan setelah pendakian aku dan dia hanya saling menyapa lewat media sosial, pria lulusan smk perhotelan ini memiliki hobi yang sama denganku yaitu menyukai alam, terutama mendaki gunung. Hanya sekedar menyapa tidak lebih, dan sempat terhenti hampir satu tahun. Dan awal mula kami dekat, ketika aku menggodanya perihal peristiwa terbesar dalam hidupnya, dia pun mulai bercerita tentang kehidupannya. Memang benar kata-kata orang dulu, semakin sering kita berinteraksi dengan seseorang dan orang tersebut membuat nyaman, maka akan timbul perasaan sayang. Begitulah yang terjadi antara aku dan dia, Dan kami pun tidak dapat membohongi diri kami masing-masing kalo kami saling menyayangi. Dan buat aku, aku adalah orang yang paling jahat saat itu, seharusnya aku tidak boleh sayang dengan seorang pria yang cepat atau lambat bukan milikku.
Pria yang hobi koleksi uang-uang kuno dan pecinta makanan ceker ayam ini, tidak bosen-bosennya setiap hari selalu mengirimkan poto dirinya dengan berbagai ekspresi. Setiap menitnya tidak pernah bosen mengirim pesan singkat tapi membuat seneng hati,
"sayang..."  dan aku pun selalu menjawab "iyaa ... apaah" dan dia pun membalas pesannya kembali dengan jawaban
"gpp ... Manggil ajah" .
Pria yang memiliki watak keras kepala ini bekerja pada salah satu bank syariah di Surabaya, aku paling suka mendengar dia cerita tentang pekerjaannya, dimana dia sering bertemu dengan orang banyak dan dengan berbagai karakter sebagai nasabahnya. Terkadang dia cerita, sering dapat rejeki dari nasabahnya, hal ini membuat aku kadang tersenyum mendengar dia bercerita sepertinya dia menikmati pekerjaannya, Alhamdulillah ...
Pria ini juga fans berat salah satu klub sepak bola terlegendaris di Surabaya,dengan ornamen-ornamennya yang berwarna hijau. Fans dan klub sepak bola ini terkenal dengan kesolidannya, dimana pun klub sepak bola ini tanding fans-fansnya tidak pernah absen untuk menyupport klub kesayangan mereka, sekalipun tempat tanding itu jauh di luar kota, bahkan mereka bisa memenuhi beberapa gerbong kereta jika harus menggunakan transportasi tersebut menuju tempat tanding klub mereka. Terkadang aku pun membayangkan beruang kutub memakai baju supporter berwarna hijau, itu jika pikiranku lagi aneh.
Rasanya menyenangkan pernah mendaki gunung berdua dengan dia, untuk jalan berdua di tengah kota dengan orang yang kita sayang sepertinya sudah biasa, tapi kalo jalan berdua menikmati alam bebas ada kesenangan sendiri. Itulah yang kami pernah alami nendaki gunung merapi disaat musim penghujan, sehingga kami harus menikmati badai angin dan hujan yang datang. Jujur, sebenernya saat itu aku takut, karena tidak banyak pendaki yng mendaki gunung merapi saat itu bisa dihitung dengan jari, tapi karena aku mendaki bersamanya ada sedikit rasa aman. Dia sangat menikmati keberadaannya di alam bebas, dia selalu bercerita ingin terus dan terus menikmati alam terutama mendaki gunung, dia ingin terus menjelajahi setiap gunung, merasakan lelah dalam setiap pendakiannya, merasakan udara segar, dinginnya malam dan ditemani taburan bintang-bintang, merasakan kebebasan dan menyambut sinar keemasan setiap paginya di puncak gunung. Tapi, kebebasannya akan segera berakhir, sesuatu yang tidak dapat disebutkan membuat dia harus meninggalkan semua keinginannya untuk terus menikmati keindahan puncak gunung, dan tidak ada lagi polar bear di puncak gunung.
Polar bear aku ini walaupun berwatak keras, dia sangat menyayangi aku, tidak pernah sedikit pun dia marah dan selalu sabar dalam menghadapiku. Dia selalu membujukku dengan es cream jika dia merasakan ada yang tidak beres denganku, terkadang aku merasa bersalah selalu bersikap keras padanya, Jika aku merasa bersalah rasanya aku ingin memeluknya, tapi apa daya jarak selalu memisahkan dan hanya memberi emo peluk di bbm itu sudah cukup mewakilkan. Dia suka sekali bermain hujan-hujanan, buatnya dengan main hujan-hujanan dia merasa bebas tidak ada beban. Suka sekali saat polar bear nya aku menelpon, rasanya ada perasaan tenang jika mendengar suaranya, suara khas seorang pria dengan tertawanya yang ngebas.
Menghabiskan waktu bersamanya merupakan suatu hal yang menyenangkan, rasanya tidak ada beban, makan es cream dijalan tanpa peduli dengan pandangan orang disekitar yang memperhatikan, karena kami terlalu asik dengan es cream kami masing-masing. Ngopi berdua di angkringan sambil bercerita tentang sesuatu yang tidak pernah ada ujungnya, menghabiskan malam di pasar malam melihat motor cross yang berjalan di dalam tempat melingkar yang terbuat dari kayu, dan kitanpun melihatnya dari atas sambil melambaikan uang agar dapat diambil oleh pengendaranya yang mengemudikannya semakin lama semakin kencang sehingga bisa naik ke atas. Melihat festival acara maulud di kota yang terkenal dengan keistimewaanya. Banyak sekali kenangan bersamanya walaupun bersamanya dalam waktu yang singkat.
Keadaan yang memaksa kami untuk berpisah, teringat ketika hari yang telah ditentukan yang seharusnya menjadi hari-hari aku bersamanya. Tepat pada hari dan tanggal yang telah ditentukan, aku menunggunya di depan museum benteng vendeberg, tempat dimana polar bear nya aku pertama kali menungguku, waktu menunjukkan pukul 17.20 keretanya tiba pukul 17.05 aku masih duduk sabar menunggunya. Pedagang-pedagang kaki lima di sekitar museum bergegas membenahi barang-barang dagangan mereka, karena petugas satpol pp sedang melakukan razia pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar museum, peristiwa itu menjadi tontonan buat ku selama menunggu polar bear nya aku, hari pun semakin malam dan hujan mulai turun, rasanya ingin mencari tempat untuk berteduh tapi saat itu aku takut jika aku pindah tempat dan mencari tempat teduh, dia tidak dapat menemukanku. Semakin malam dan bajuku yang basah juga sydah hampir kering, masih di tempat yang sama aku menunggunya tapi dia tidak datang hanya sebuah sms yang mengabarkan bahwa dia tidak bisa datang menemuiku. Dengan keadaan bingung aku mulai berdiri dan berjalan menuju becak yang sedari tadi mangkal, tanpa menawar lagi aku pun langsung minta di antar ke hotel tempat aku menginap dan saat itu tangisku pun pecah di becak yang melaju.
Hari terakhirku berada di kota istimewa ini, tapi hati aku yakin dan selalu yakin kalo polar bear nya aku akan datang menemuiku di depan museum benteng vendenberg, dan sms nya bertanya

"kamu yakin kalo aku akan jadi nemuinmu di yogya"
dan dengan tanpa keraguan sedikitpun aku menjawab "aku yakin, yakin banget karena kamu udah janji",
walaupun aku tidak tau dia datang atau tidak, tapi aku tetap menunggungya saat itu. Hari semakin sore, sebuah tangan menyentuh pundakku dengan lembut, senyuman yang aku kenal milik seseorang yang selama ini aku tunggu menghiasi wajah dari si punya tangan. Saat itu, rasanya ingin menangis karena penantianku tidak sia-sia walaupun aku tau hari itu adalah pertemuan terakhirku dengannya.
"Kamu kan tau ... aku juga sayang kamu, sayang banget", kata-katanya saat itu
Pelukan terakhirnya terasa hangat dan tidak akan pernah aku lupakan, dia begitu menyayangiku begitu juga sebaliknya. Saat itu aku tidak menyesal untuk melepaskannya, karena aku tau dia sayang padaku dan itu sudah cukup buatku, terkadang rasa sayang dan cinta tidak harus memiliki, hanya cukup mendoakan yang terbaik untuknya.
Sekarang aku tidak tau lagi kabarnya, bagaimana keadaannya, terkadang jika aku merindukannya aku selalu memeluk erat slayer batik miliknya, karena itu adalah slayer kesayangannya dan hanya doa yang dapat aku lakukan sekarang. Mungkin polar bear nya aku berada di puncaknya sendiri bahagia di dunianya sendiri menikmati keindahan puncaknya sendiri.
Tuhan ...
Aku berdoa untuk seseorang
Yang aku sayang
Tidak banyak yang aku minta
Hanya meminta Engkau untuk
Menguatkan dia, Menopang dia,
Menjaga dia,
Karena dia Begitu berarti untukku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun