Mohon tunggu...
Tutor Di NeT
Tutor Di NeT Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tiko dan Tuan Guru Bajang yang Pemaaf

15 April 2017   09:55 Diperbarui: 15 April 2017   19:00 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tulisan ini mungkin akan sangat terlihat kacau... Aku tahu... Karena aku memang tak biasa menulis di Kompasiana atau menulis untuk sebuah media... Aku hanya rakyat jelata yang tak rela! Tak rela! Tak Rela... Gubernurku - TGB-ku kau hina..... 

Tiko??? sebutan apa itu? hanya karena karena sebuah kesalah fahaman --- mungkin bukan kesah fahaman---- karena kutahu setelah membaca beritanya ternyata yang antri duluan adalah Tuan Guruku... Sang penghafal al-qur'an yang aku banggakan....

Tiko = Tikus Kotor? itukah? He! Beliau atau seoarng penghafal al-qur'an Keturunan maulana syech kami! beliau adalah panutan dan pemberi cahaya di NTB kami! beliau adalah penerang kalbu kami! 

Tiko = Tikus Kota? hey! beliau bukanlah seoarang  pribadi yang yang membanggakan harta! Belaiu bukan dari kalangan orang-orang yang bercita-cita menumpuk harta untuk di bawa bersama kedalam kuburnya! beliau adalah ... !! Ah ... aku sedih.,... hatiku pilu.... lebih marah dari ketika aku dihina!

Tiko? = Bahasa Cina "ti = babi" "ko = hitam"? itukah? Sungguh? Apakah beliau seperti babi hitam yang rakus akan harta benda? Tidak! beliau adalah seorang dermawan belaiu tidak menumpuk harta untuk diri sendiri! Beliau berjuang untuk negeri ini.... ! untuk kami orang Lombok! 

Hei ....

Tiko....?????? 

Aku seorang anak Indonesia yang tidak mungkin penting bagi kalian,,, hanya seorang warga Lombok yang merasa sangat sedih dan ah... Aku tak tahu perasaan apa yang ada dalam diriku saat ini - semenjak ku melihat ada surat permintaan Maaf itu....

Maaf --- Cukupkah? mungkin bagi kami iya! tapi ini untuk Sang guru Sang pencerah dan Pelestari Agama Islam di bumi ini!

Ah.....

Apalagi yang harus aku katakan! Tiko? kami pribumi? dan kamu bukan Indonesia? Ingat kamu juga mendiami bumi indonesia... kamu mendapatkan makan dari kami.... kamu berjualan kepada kami! kita bergandengan mari...... kita hidup rukun mari.... 

Tapi.... HIDUP BERSAMA untuk kau HINA? Tidak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun