Mohon tunggu...
Tutik Lestari
Tutik Lestari Mohon Tunggu... -

SMAN 1 Majalengka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Kisah Ta'arufku

10 April 2016   12:35 Diperbarui: 10 April 2016   12:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://abadimarried.blogspot.co.id/2012/08/taaruf-islami.html"][/caption]

Aku adalah seorang yang sangat jingkrak, memang iya aku ini seperti anak cowok. Mungkin itu pengalaman masa kecilku yang nakal. Aku sering menjaili teman-temanku. Membuatnya menangis, membohonginya saat kami melakukan permainan petak umpet, dls. Kadang aku juga sering tidak menjawab pertanyaan ibu saat ia bertanya “Temanmu menangis karena siapa? Pasti karena kamu?”. Ibu juga sering menanyakan “Diapain temanmu bias menangis?” aku hanya menjawab “Ya gak tahu, mana ku tahu”.

Masa-masa kecilku memang dipenuhi dengan kecerian, aku sering bermain dibandingkan berada di rumah. Dipastikan  setiap hari aku berada diluar rumah dibandingkan berada didalam rumah. Paling sekitar jam lima sore aku pulang ke rumah. Aku adalah bosnya teman-teman sekampungku. Kalau kalian main ke Desa Jombol lalu nanya “Kenal Linda?” Pasti mereka akan menjawab “Saya kenal”. Saking terkenalnya mereka takut dengan saya. Saat itu di siang hari aku dan teman-temanku menemui sebuah dapur tetanga yang terbuka karena rasa penasaran dan kenakalanku aku membakarnya bersama teman-teman. Dan kami langsung kabur saat yang punya rumah marah-,marah.

“Sia maneh ngaduruk dapur aing! Awas!”

Itu adalah salah satu pengalaman masa kecilku dan masih banyak lagi pengalaman-pengalamanku yang lainnya. Tetapi aku sendiri heran, aku mempunyai kakak laki-laki dan kakak perempuan yang baik-baik beda denganku yang seperti ini. Di kampungku aku terkenal dengan sebutan Linda bukan Maulida. Tetapi dirumahku ibu dan bapakku memanggilku, Lida.

Lulus dari Sekolah Dasar di Al-Hidayah Jombol aku melanjutkan sekolah di Darul Ulum {DU} sebuah sekolah Islam terkenal di Majalengka. Disana aku berusaha nyaman sebab aku hidup si asrama. Seperti ayam yang berkeliaran lalu dikerem di kandangnya. 3 bulan berlalu, sungguh hanya 3 bulan tubuhku menjadi kurus dan kerempeng. Dan 3 bulan ini aku merasa amat tertekan sekali, seperti sedang mempunyai tekanan batin yang sangat dalam. Kepalaku puyeng dan rasanya aku tak sanggup hidup disini. Keesokan harinya aku berniat untuk keluar dari asrama, bagaimanapun caranya. Disaat orang lain hilang arah, aku bersembunyi-sembunyi melenyap dari jangkauan mereka. Lalu saatnya pun tiba, aku berhasil keluar dari asrama santri. Meski jantungku tertekan dan ingin ke rumah sakit. Sebab jika ustadzah mengetahui hal ini pasti aku akan dihukum dan dipermalukan dihadapan santri yang lain.

Ibu dan bapakku menceramahiku, di rumah. Tekanan batinku bertambah lagi saat aku menghadapi mereka dirumah. Aku hanya diam dan berkata “Aku tak sanggup lagi hidup di asrama”. Mereka pun akhirnya mengerti dan keesokan hari dan hari berikutnya aku tidak lagi berada di asrama. Tetapi sekolahkiu tetap di DU hanya saja pulang pergi tidak lagi menjadi santri tetap.

Saat SMA

Cita-citaku menjadi ustadzah yang budiman. Tema ceramahku sudah ditentukan oleh batinku sendiri yaitu untuk kesalamatan seluruh umat perempuan di muka bumi ini. Ialah tentang Hijab dan Ta’aruf. Aku melarang jama’ahku untuk mendekati jinah sebab ia amat dilarang oleh Allah. Aku sendiri bilang ke bapakku “Pak boleh gak aku di jodohin sama anak kyai?” bapakku menjawab “Boleh, ntar kalau Lida sudah gede bapak jodohin sama anak teman bapak yang berpropesi sebagai kyai”.

Aku juga mengingatkan kepada teman-temanku untuk memakai hijab dimanapun dan kapanpun. Kecuali dirumah dan dikamar mandi. Meski teman-temanku ada yang masih belum memakai hijab tetapi aku terus menasihatinya. Membacakan ayat suci al-quran ditelinga temanku, misalnya. Atau kegiatan renungan yang sering diadakan saat istirahat sekitar jam 1O siang saat kami telah membeli makanan di kantin. Jadi sambil makan sambil renungan. Selain saat jam istirahat juga saat tidak ada guru yang masuk. Itulah keadaan anak IPS guru jarang masuk, tetapi itu adalah sebuah kelebihan anak IPS. Setidaknya kami selalu diajarkan bersosialisasi terus menerus.

Nah disini, saat memasuki masa-masa SMA sikap dan kepribadianku 18O derajat berbeda dengan kebiasaan masa kanak-kanakku. Apalagi disaat kelas sepuluh ibu yang amat kucintai menderita penyakit yang sangat ganas, yaitu sebuah penyakit yang sangat booming diakhir jaman ini “kanker”. Meski kakak2 ibu juga menderita penyakit yang sama tetapi semoga ibuku tidak meninggal seperti saudara ibu sebelumnya yang menderita penyakit kanker juga. Aku menjadi dilemma kembali. Ibuku sering pulang pergi kemoterapi dan aku sering ditinggalkan bapak dan ibuku dirumah. Dan hal ini melatih kemandirian dan ketabahanku. Akhir-akhir ini aku sering mendengarkan nasyid, shalawat dan lagu-lagu tentang ibu. Dipagi hari saat jam istirahat aku bercerita kepada temanku, Tutik bahwa ibuku menderita penyakit kanker setelah temanku itu bertanya melulu perihal kesedihanku saat ini. Dan keesokan harinya ibuku meninggal dunia. “Ya Allah tabahkanlah aku yang nelangsa ditinggal ibu”.

Dikelas 11 awal aku bertemu teman baru yaitu Riski dan Sandra. Ia adalah pindahan dari kelas X IPS 2. Aku dan Tutik tetap saja kelas IPS 4. Dan di saat semester 1 ini aku mempunyai Mahmud, tepat dibulan suci ramadhan ini aku sahur bareng dengan Mahmud. 2O15.

Tetapi aku tidak suka mamah muda itu, aku tidak suka. Aku berontak dan kakak-kakakku juga berontak. Aku tidak suka dengan kehadirannya. Aku pun hanya tinggal dikamarku saja dan sesekali makan sesekali mandi dan sesekali ke kamar mandi. Kucingku dan kucing kesayangan ibuku ‘Si Kelvin’ itu saja temanku. Tetapi sayang mahmudku tidak menyukai kucing dan ia berkata ke bapakku untuk membuang si Kelvin. Saat aku mengetahuinya, aku marah besar. Hingga suatu hari, berhari-hari si Kelvin tidak pulang ke rumah aku amat khawatir, “Jangan-jangan Mahmudku yang membuangnya”. Aku marah besar, ku bilang aliran sungaipun tidak sanggup menampung kemarahanku. Dia si Kelvin peninggalan ibuku satu-satunya dan ia amat disayang oleh ibuku. Ternyata si Kelvin sudah tergeletak tak bernyawa. Aku pun sangat sedih jadinya. Aku berusaha move on darinya, si kucing kesayanganku.

Berdakwah All Time

Setiap hari setiap detik. Mau itu di sekolah, di facebook, di dumay, di grup bbm keluargaku, di kamar, bahkan di wc sekalipun jika perlu. Aku senang sekali jika kedapatan orang yang sedang berbuat dosa atau akan berbuat dosa, belum shalat dzuhur misalnya. Aku pasti akan menceramahinya. Atau teman ku yang sedang menjalin pacaran dan digantung oleh pacarnya. Aku senang sekali mengobral kalimat kebaikan diantara teman-temanku. Meski kadang:

  1. Aku lupa dengan tugas-tugasku. Satu contoh saat kemarin tugas LM Inggris : Harus menulis 5 kalimat hope dan 5 kalimat Intensive. Aku malah keenakan berdakwah jadinya baru satu yang kuisi, tapi ya gapapa lah yang penting aku berceramah.
  2. Saat pelajaran Bahasa Inggris menuliskan suatu kalimat min 2O. sedangkan aku serius sekali mendengarkan dan menjawab pertanyaan ketiga sahabatku. Jadinya disaat orang lain selesai aku belum selesai dan masih banyak masih ada 7 lagi. Untuk Sandra baik, ia mau menggantikan menulis.
  3. Mengaji disaat guru sedang mengajar, meski guru itu menyangka bahwa aku sedang remedial PAI jadinya melagu ayat saja. “Ngga bu ngga, duh gak tahu banget aku teh lagi menghapal ayat suci Al-Quran 3O juz”
  4. Dan begitu-begitu juga. Aku suka dengan berceramah. Tapi aku juga masih belajar untuk menyeimbangkan kebiasaan burukku. Sorry : “Manusia tidak ada yang sempurna”

“Ibu.. Oh Ibu..”

Aku always time mendendangkan suara itu dan kalimat serupa. Aku sering bercerita kepada sahabatku tentang Mahmud dan ibuku. Perbedaannya misalnya. Atau saat nyawa Mahmud tertinggal dipantai, atau saat Mahmud menangis dan pergi ke Munjul {Ke rumah orangtuanya}. Tetapi karena bapakku sangat agamis jadi bagaimanapun keadaannya ia tidak akan menceraikannya. Jadi akupun berberat hati untuk menerima kehadirannya. Karena aku takut dengan Allah, itu saja.

Menonton film cinta adalah kebiasaanku dan ke-4 sahabatku. Aku rela mendwonloadnya untuk mereka. Film cintanya juga bukan sembarangan, melainkan cinta dalam Islam. Surga yang tak dirindukan misalnya yang pemeran cowoknya mirip sekali dengan si bulenya Riski sampe dia juga merasa dirinya yang memerankan kekasih si cowok itu, aduhai lebaynya. Sampai film Assalamualaikum Beijing, kami sangat dibawa hanyut dan si Riski inget kembali mantannya.

Ada Bang Jal dihatiku

Di facebook aku sering mengirim pesan kepada cowok solehah idaman para wanita. Dan ketemulah dengan Bang Jal seorang lelaki yang manis sebab ia adik kelasku. Aku tidak memandang orang dari fisik, umur tetapi aku memandang dia dari ketaatannya kepada sang pencipta. Dia berasal dari Ciwaringin, sebuah kampong Islam di Negeri Cirebon sana. Aku sedang melakuka taaruf dengan dia. Aku tahu dia memendam perasaan kepadaku. Setiap malam dan disetiap hari kami saling membalasnya. Hinga ia menembaku di SMS : “Aku boleh tidak jujur sama kamu, meski pahit rasanya tapi aku mau jujur sama kamu. Jika Allah saja jujur masa aku tidak. Aku sebenarnya suka sama kamu, itu terserah kamu. Tetapi bolehkah aku bertaaruf sama kamu?”

Aku membalasnya dengan dag-dig-dug penuh haru dan perasaan cinta. Aku menjawabnya boleh saja tetapi kita hanya sebatas ta’aruf yaa. Lagian dia kan anak pesantren pasti tahu dengan ta’aruf. Dia juga mau menemuiku ke Jombol tetapi aku menolaknya. Karena takutnya ada jinah diantara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun